Sejarah dan Alasan Kenapa Bubur Pantang Disajikan Saat Imlek

Kuliner Imlek

Sejarah dan Alasan Kenapa Bubur Pantang Disajikan Saat Imlek

Devi Setya - detikFood
Sabtu, 25 Jan 2020 07:00 WIB
Sejarah dan Alasan Kenapa Bubur Pantang Disajikan Saat Imlek
Foto: iStock
Jakarta - Masyarakat China sangat senang menyantap bubur, bahkan ada bubur versi oriental. Tapi khusus saat Imlek, bubur sangat pantang disajikan sebagai hidangan.

Momen Imlek identik dengan perayaan meriah penuh suka cita. Perayaan tahun baru dalam kalender China ini juga sarat dengan filosofi dan makna. Demikian pula soal hidangan yang disajikan.

Ada makanan yang wajib hadir saat Imlek seperti kue keranjang, olahan ikan, buah dan manisan. Namun ada juga makanan yang pantang tersaji di meja makan ketika Imlek tiba, yakni bubur.

Hidangan yang terbuat dari beras yang dimasak dengan air hingga lunak ini sama sekali tidak boleh disajikan dan disantap ketika Imlek. Dilansir dari berbagai sumber, berikut alasan kenapa bubur tak boleh disajikan.

1. Asal usul bubur

Foto: iStock

1. Asal usul bubur
Berdasarkan catatan kuno, ada sebuah kisah yang hingga kini diyakini sebagai sejarah awal bubur. Dikisahkan ada sepasang orang tua dan seorang anaknya yang sudah beranjak dewasa. Orang tua ini bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup harian.

Sayangnya, si anak sama sekali tidak bisa mandiri dan membantu orang tuanya. Ketika orang tuanya meninggal, ia hanya mengandalkan makanan dari harta peninggalan orang tuanya. Sampak akhirnya musim dingin tiba.

Saat stok bahan makanan habis, si anak hanya memasak air dan beberapa butir beras. Untuk mengganjal perutnya, ia makan bubur encer. Tak lama setelah ia makan bubur, gubuk rumahnya hancur diterpa angin badai.

Sejak saat itu masyarakat China selalu membuat bubur beras pada hari ke delapan bulan ke 12 untuk mengingatkan hal ini. Ritual ini dilakukan untuk mengingatkan agar senantiasa bekerja keras dan hidup mandiri.

2. Kisah bubur ayam

Foto: iStock

2. Kisah bubur ayam
Kabarnya, bubur ayam pertama kali dikenal pada era Kaisar Shih Huang Ti pada tahun 238 sebelum masehi. Kaisar ini dikenal ahli dalam menyatukan warga China.

Ada waktu saat kekaisaran Tiongkok terpecah belah. Hal ini membuat warga kesulitan mendapatkan makanan. Kaisar kemudian memiliki ide setelah menyantap nasi lunak yang diguyur kuah panas. Dari sinilah awal mula munculnya bubur.

Bubur jadi solusi karena dengan bahan terbatas bisa tetap menghasilkan makanan dalam porsi banyak. Selanjutnya untuk membuat rasa bubur enak, ditambahkanlah kuah sayur dan diberi kaldu. Di sini bubur dianggap sebagai simbol pemersatu dan keharmonisan.

Baca juga : Sebaiknya Tak Makan dan Sajikan Bubur di Hari Raya Imlek

3. Bubur versi oriental

Foto: iStock

3. Bubur versi oriental
Bubur ala oriental punya versi yang agak berbeda dengan bubur ayam yang biasa ditemui masyarakat Indonesia. Bubur China ini disajikan dengan konsistensi yang agak cair namun rasanya lebih gurih.

Bubur Oriental dimasak dengan kuah kaldu sehingga rasanya lezat. Toppingnya beragam mulai ayam, cakue hingga seafood, namun selalu ada tambahan kecap asin sebagai pelengkap.

Beda dengan bubur Indonesia yang punya rasa cederung tawar namun disajikan dengan kuah kari berwarna kuning. Di Indonesia bubur disajikan dengan irisan ayam, kacang tanah goreng, daun seledri dan kecap manis.

4. Makanan orang sakit dan miskin

Foto: iStock

4. Makanan orang sakit dan miskin
Bubur pantang disajikan dan disantap ketika Imlek karena dianggap sebagai makanan orang sakit. Masyarakat China tak mau dilanda sakit di tahun yang baru ini, oleh karenanya mereka sangat menghindari bubur.

Tak hanya itu, bubur juga dianggap sebagai lambang kemiskinan dan kesusahan. Tentu saja tidak ada yang ingin dilanda kesulitan di tahun yang baru. Menyantap bubur saat Imlek dianggap mengundang sial.

Apalagi ditambah bubur memiliki warna putih yang melambangkan kesedihan. Hal ini berlaku hanya saat merayakan Imlek saja. Di hari lain, masyarakat China sangat gemar makan bubur.

5. Bukan hanya bubur

Foto: iStock

5. Bukan hanya bubur
Bukan hanya bubur, ada juga makanan yang tak boleh dimakan ketika merayakan Imlek. Sebut saja misalnya salak, durian, kepiting, ikan tanpa kepala dan ekor.

Aneka makanan ini dianggap berpotensi menuai resiko karena bentuk dan tampilannya. Misalnya buah salak dan durian yang memiliki kulit tajam dan bersisik. Ini dikhawatirkan akan membawa kesulitan di kehidupan yang akan datang.

Tradisi ini merupakan warisan dari para leluhur masyarakat China dan tetap dilestarikan hingga saat ini. Demikian juga masyarakat China yang sangat menjaga nilai-nilai dari para leluhurnya dengan harapan agar hidupnya selalu diliputi kebahagiaan.

Baca juga : Selain Jeruk, 6 Buah Ini Jadi Simbol Keberuntungan Bila Dimakan Saat Imlek
Halaman 3 dari 6
(dvs/odi)

Hide Ads