Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa Asli

Minuman Hangat Enak

Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa Asli

Misericordias Domini & Vattaya Zahra - detikFood
Jumat, 22 Nov 2019 13:00 WIB
Foto: Misericordias Domini & Vattaya Zahra/dok. detikcom
Jawa Tengah - Warung Jamu Ginggang masih jadi favorit warga Jogja untuk minum jamu. Minuman tradisional ini sejak dulu dikenal sebagai penjaga kesehatan yang murah.

Jamu merupakan racikan beragam rempah yang dinikmati dan dipercaya masyarakat Jawa bisa menjaga kesehatan dan menyembuhkan beragam penyakit. Jamu tradisional Jawa umumnya dijajakan berkeliling dengan cara digendong dalam keranjang. Botol- botol kaca ditata di dalam bakuk dan dijajakan keliling. Penjual jamu biasa wanita yang disebut 'mbok-mbok'.

Tetapi di Yogyakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah, jamu juga dijual di kios-kios atau toko khusus. Di sini pembeli bisa minum jamu di tempat. Tinggal memilih menu jamu yang ada atau menyebutkan keluhan kesehatan pada penjualnya. Mereka umumnya punya racikan standar untuk perut kembung, masuk angin, flu perut atau sakit perut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa AsliFoto: Misericordias Domini & Vattaya Zahra/dok. detikcom

Salah satu warung jamu legendaris di Yogyakarta adalah Warung Jamu Ginggang. Pembeli bisa duduk menikmati jamu. Perabotan kayu ditata dengan suasana tempo dulu. Warung Jamu Ginggang yang terletak di Jl Masjid, Kauman, Pakualaman Yogyakarta.

Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1950 dan menjadi pelopor industri jamu di Yogyakarta. Kini dikelola oleh generasi kelima. Walau sudah lama berdiri warung jamu ini masih ramai pengunjung mulai dari yang tua maupun muda dan mampu bertahan meski sudah banyak pengobatan modern tersedia saat ini.

Sebenarnya warung jamu Ginggang ini sudah mulai dirintis tahun 1930 oleh Bilowo yang merupakan abdi dalem Puro Pakualaman. Ia seorang pembuat jamu untuk Kanjeng Sinuwun Paku Alam VII. Kemudian atas seizin dari Paku Alam VII, Bilowo akhirnya memulai berdagang jamu.

Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa AsliFoto: Misericordias Domini & Vattaya Zahra/dok. detikcom

Nama Ginggang juga pemberian dari Sri Paku Alaman VI, yang lengkapnya 'Jamu Jawa Asli Tan Ginggang'. Tan Ginggang berasal dari bahasa Jawa yang artinya selalu akrab, rukun dan bersatu. Diharapkan warung jamu ini bisa selalu membuat warga jadi rukun.

Biasanya Warung Jamu Ginggang memulai produksi jamu dari pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB. Cara pengolahnya pun masih tradisional untuk mempertahankan cita rasanya tetap otentik walau sudah berbeda generasi. Jamu masuk ditumbuk dengan penumbuk tradisional dan selalu diracik segar.

Memasuki warung ini langsung tercium aroma semerbak rempah-rempah yang sangat kuat. Terlihat beberapa stoples berisi bungkusan jamu tradisional baik berbentuk bubuk maupun ramuan rempah kering yang dipajang di etalase. Beberapa potret kuno juga tampak terpampang di dinding-dinding warung.

Jamu Ginggang menawarkan sejumlah 45 menu jamu, yang dibedakan menjadi tiga jenis yaitu jamu biasa, minuman dingin dan jamu telor. Tiap jamu yang ada memiliki keunikan dan manfaatnya masing-masing yang cukup bervariasi.

Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa AsliFoto: Misericordias Domini & Vattaya Zahra/dok. detikcom

Sebenarnya menunya juga tak beda jauh dengan menu kios jamu Jawa. Ada jamu sehat wanita, sehat lelaki, beras kencur, kunir asem, sawan tahun, ngeres linu, galian parem, galian sawanan, telat bulan, hingga watukan.

Salah seorang pelanggan warung ini, Upik (22) yang masih bersetatus sebagai mahasiswa ini, mengatakan sudah beberapa kali ke Jamu Ginggang.

"Memang rutin (meminum jamu). Yang jelas, (jamu) baik untuk kesehatan, paling tidak dua kali seminggu," ungkapnya.

"Paling sering minum jamu beras kencur atau kunir asem. Tapi kadang juga minum jamu paitan, agar bulanan lancar," katanya.

Hampir 70 Tahun Warung Jamu Ginggang Sajikan Racikan Jamu Jawa AsliFoto: Misericordias Domini & Vattaya Zahra/dok. detikcom

Walaupun bertempat tinggal di Maguwoharjo, ia mengaku tidak keberatan menempuh jarak yang cukup jauh untuk menikmati jamu di sini. Upik juga mengakui keunikan dari dekorasi warung ini.

"Bangunan di sini unik, ala tahun 1950-an, bikin ingat sama rumah nenek di Surabaya," ujar Upik.

Harga tiap gelas jamu cukup bervariasi mulai dari Rp 4.000 hingga yang paling mahal Rp 25.000. Beberapa jenis jamu dapat dinikmati dengan menggunakan es, antara lain beras kencur dan temu lawak sehingga cocok ketika hawa panas.

Warung Jamu Ginggang beralamat di Jalan Masjid No.32 Pakualaman. Warung ini mulai buka Pukul 08.30 WIB hingga pukul 20.30 WIB dan hanya libur ketika Idul Fitri.




(adr/odi)

Hide Ads