Jamur menjadi bahan makanan favorit banyak orang. Ada banyak jenis jamur yang bisa dikonsumsi seperti jamur kuping, tiram, hingga enoki. Tapi ada beberapa jenis jamur istimewa yang juga jadi buruan. Biasanya jamur ini sangat dicari foodies dan chef profesional.
Disebut istimewa karena jamur ini langka, memanennya sulit, dan rasanya tak seperti jamur biasa. Salah satunya jamur truffle yang populer dari Eropa. Jamur ini tumbuh di bawah tanah dan di dalam kegelapan. Memanennya sulit karena membutuhkan bantuan anjing atau babi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Ini Alasannya Jamur Truffle Harganya Selalu Mahal di Dunia
1. Asal-usul kulat pelawan
Foto: Istimewa
|
Dalam bahasa Bangka, "kulat" berarti jamur dan pelawan merujuk pada jenis pohon yang jadi tempat tumbuhnya jamur. Kulat pelawan tidak mudah ditemui seperti jamur konsumsi pada umumnya.
Jamur ini hanya bisa tumbuh dalam kondisi khusus yaitu musim kemarau yang harus berlangsung 3 bulan dan hujan selama seminggu. Karenanya kulat pelawan hanya tumbuh setidaknya 2 kali dalam setahun.
Warna kulat pelawan merah muda dalam kondisi segar. Namun biasanya jamur ini dijual dalam kondisi kering sehingga warnanya kecokelatan. Ukurannya juga tidak terlalu besar.
2. Butuh petir dalam memunculkan kulat pelawan
Foto: Istimewa
|
Uniknya, kulat pelawan bisa tidak tumbuh sama sekali dalam setahun kalau tidak ada petir. Peran petir sangat besar karena ketika petir menyambar, ada unsur-unsur tertentu yang turun bersama air hujan.
Unsur dari petir tersebut kemudian mengenai pohon pelawan dan baru esok harinya ketika ada matahari, kulat pelawan akan tumbuh. Kulat pelawan juga hanya tumbuh di pohon pelawan yang ada di Bangka.
Chef Ragil Imam Wibowo dari NUSA Indonesian Gastronomy yang sering mengolah kulat pelawan pernah bercerita soal jamur langka ini kepada detikFood. Ia mengaku pernah membaca kalau kulat pelawan sebenarnya juga ada di daerah Banjarmasin. Tapi kebenarannya belum terverifikasi.
3. Rasa dan tekstur kulat pelawan
Foto: Istimewa
|
Kulat pelawan jarang didatangkan dalam keadaan segar, biasanya sampai ke tangan chef Ragil dalam kondisi kering. Bagi petani yang pernah mencobanya mengatakan kulat pelawan segar teksturnya kenyal.
Kira-kira kekenyalannya diantara jamur kuping dan jamur merang. Begitu pula dengan rasanya. Sementara saat sudah dikeringkan, kulat pelawan menjadi lebih kenyal dan rasanya lebih enak.
Proses pengeringan juga tidak main-main. Biasanya ditaruh di tempat penjemuran tradisional selama 6 bulan. Tak heran, jamur ini mendapat predikat jamur langka dan istimewa.
4. Harganya Rp 4 juta per kg
Foto: Istimewa
|
Untuk proses pengeringan kulat pelawan, chef Ragil pernah mengungkapnya. "Jamur kering proses pengerjaannya minimal 15 jam sampai bisa diolah. Jamur kering harus direndam dulu di air minimal 12 jam," katanya.
Ia melanjutkan, "Setelah 12 jam, baru mengembang. Lalu batang yang kecil-kecil harus dibelah karena didalamnya banyak pasir. Dibersihkan perlahan-lahan, baru direndam lagi. Jika sudah bersih, jamur baru bisa diolah."
Chef Ragil baru-baru ini menyebut harga kulat pelawan yang sangat istimewa. Harganya mencapai Rp 4 juta per kilo gram.
5. Olahan kulat pelawan
Foto: Istimewa
|
Seperti halnya jamur kebanyakan, kulat pelawan bisa diolah menjadi ragam sajian. Di Bangka, kulat pelawan umum dibuat jadi gulai bersama ayam atau udang.
Gulainya begitu kental mirip kari dan biasanya tersaji di acara besar seperti pernikahan. Ada juga yang menyajikannya sebagai sup.
Chef Ragil lebih senang mengolah kulat pelawan menjadi sesuatu yang istimewa. Diutamakan untuk makanan-makanan yang bisa memunculkan rasa istimewa jamur ini. Belum lama ini ia memakai kulat pelawan sebagai topping lodeh tempe yang istimewa.
Baca Juga: Lagi, Pria Hong Kong Beli Jamur Truffle Putih Rp 1,4 Miliar!
Halaman 2 dari 6