Menurut Abraham Maslow selaku psikolog asal Amerika, terkenal dengan teorinya tentang hierarki kebutuhan manusia. Di mana teori ini menjelaskan adanya beberapa tahapan tentang kebutuhan manusia, dari yang paling mendesak hingga yang paling tidak dibutuhkan.
Salah satu kebutuhan manusia yang harus terpenuhi setiap harinya adalah makanan. Sehingga tak heran, banyak orang rela melakukan apapun demi makanan. Ketika kekurangan makanan atau penarikan makanan terjadi, kerusuhan dan demo besar-besaran pun tak bisa terhindarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari List Verse (29/10), berikut 5 kerusuhan dan demo besar karena makanan, yang terjadi di beberapa negara.
Baca Juga: Nekat! 5 Pedagang Makanan Tetap Jualan di Lokasi Demo Demi Raup Untung
Huelga de la Carne
Foto: Istimewa
|
Karena harga daging yang tak masuk akal, para warga baru demo satu tahun setelah harga daging sapi naik. Apalagi saat itu daging sapi dianggap sebagai benda mahal, dibandingkan kebutuhan makanan pokok. Aksi demo ini ditambah, dengan kebanyakan orang Chili yang belum terbiasa hidup tanpa daging sapi.
Awalnya aksi demo ini berlangsung damai, namun semuanya berubah mulai rusuh setelah German Riesco, Presiden Chili saat itu tidak mau menemui para demonstran. Akhirnya aksi demo berujung anarkis, dan menelan lebih dari 200 orang, dan banyak bangunan yang hancur karena serangan dari polisi saat membendung demonstran.
The Flour Riot
Foto: Istimewa
|
Pada saat itu harga tepung terigu naik tiga kali lipat, dari kisaran harga $7 menjadi $20 (Rp 98,075 - Rp 280,216) per satu galonnya. Harga ini terbilang sangat mahal, dan tidak masuk akal pada saat itu. Awalnya para warga mulai unjuk rasa, namun berubah menjadi anarkis.
Aksi ini berubah menjadi anarkis. Para warga mulai pergi ke pabrik tepung terigu, dan membakar semua tepung yang ada di sana. Karena kejadian ini kota New York dilalap api, dan pihak polisi sempat kewalahan untuk menangani para warga yang terus melempar tepung untuk dibakar.
The Women's March On Versailles
Foto: Istimewa
|
Akhirnya aksi unjuk rasa pun digelar, demo besar yang diikuti lebih dari 10.000 wanita mulai memenuhi setiap sudut kota. Mereka meminta agar harga roti diturunkan, dan setelah mereka menghancurkan beberapa sara umum. Mereka mulai aksi kerusuhan.
Kebanyakan para wanita yang ikut dalam aksi demo ini merupakan wanita dari kelas bawah. Mereka membawa banyak senjata tajam, seperti pisau, hingga tombak runcing. Melihat hal ini Raja Louis XVI, akhirnya memerintahkan pihak pemerintah untuk membagikan roti dari Versailles ke Paris.
The Egyptian Bread Riots
Foto: Istimewa
|
Saat itu Presiden Anwar Sadar, berniat untuk membuka pasar terbuka di negara tersebut. Di mana hal ini membuat negara Mesir, meminjam banyak uang ke IMF, yang menyebabkan pihak pemerintah harus menghilangkan subsisdi makanan kepada warga, terutama subsidi roti.
Berhentinya subsidi ini, membuat harga makanan melonjak tajam. Terutama harga roti. Para warga mulai turun ke jalan untuk protes, dan aksi demo ini berujung kericuhan antara demonstran dan pihak polisi. Lebih dari 48 jam kerusuhan ini berjalan. Di mana kerusuhan ini menelan 800 korban jiwa, dan ratusan orang terluka.
The Rice Riots
Foto: Istimewa
|
Kenaikan harga beras secara tiba-tiba ini, membuat banyak orang tak bisa membeli beras. Banyak demonstran yang turun ke jalan, dan aksi kerusuhan ini bertahan selama lebih dari 62 hari, dengan perkiraan ada 10 juta orang yang ikut berpartisipasi dalam aksi demo kenaikan harga beras ini.
Hingga sekarang, demo ini masih terbesar dalam sepanjang sejarah. Demonstran kebanyakan berasal dari kelas menengah, di mana mereka meminta agar pemerintah segera menurunkan harga beras. Karena kerusuhan ini ada lebih dari 25.000 orang di tahan, dan perdana menteri serta kabinet kerjanya berhenti karena kejadian ini.
Baca Juga: Jualan di Tempat Nyleneh, Para Penjual Makanan Ini Sukses Bikin Ngakak
Halaman 3 dari 6