Makanan khas ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dan hingga kini masih digemari warga. Sebagai camilan di pagi atau sore hari dan sering dibawa sebagai oleh-oleh ke luar kota hingga luar pulau.
Nama geblek, bagi warga masyarakat Purworejo mungkin sudah lazim. Namun bagi warga luar Purworejo akan bertanya-tanya apa itu geblek. Ya, geblek adalah makanan khas yang terbuat dari tepung singkong atau pati kanji. Geblek bukan berarti goblok atau bodoh, karena huruf 'e' pada kata geblek dibaca seperti pada kata 'cengkeh'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Salah satu pedagang geblek, Sulatri (46) warga RT 01/ RW 02, Kelurahan Cangkreplor, Kecamatan Purworejo menuturkan bahwa dirinya sudah berjualan jajanan tradisional itu selama puluhan tahun. Selain melestarikan makanan khas, ia juga melanjutkan usaha orang tua yang secara turun temurun menjadi pedagang geblek.
"Ya sudah puluhan tahun jualan geblek, dulu saya sejak kecil juga sudah jualan bantu orang tua. Sekarang saya yang meneruskan berjualan," katanya saat ditemui detikfood di kediamannya, Jumat (11/10/2019) pagi.
Sulastri pun membagikan cerita bagaimana cara membuat geblek yang enak, gurih dan bikin nagih. Awalnya, tepung ketela atau singkong yang masih basah dan berbentuk bongkahan dikukus selama kurang lebih 10 menit. Sembari mengukus, bumbu-bumbu yang terdiri dari bawang putih, bawang merah dan garam secukupnya dihaluskan dengan cara diulek.
![]() |
Agar mendapatkan citarasa lebih gurih, kelapa parut juga disiapkan untuk dicampur dengan adonan pati kanji. Setelah selesai dikukus dan diangkat, pati kanji akan langsung dicampur secara manual menggunakan tangan dalam keadaan panas dengan bumbu yang telah disediakan beserta kelapa parut.
"Jadi yang dipakai bukan tepung pati kanji yang kering, tapi yang masih basah. Kalau mau enak bikinnya ya per kilogram pati basah dicampur dengan bumbu dan parutan seperempat kelapa. Kalau mau bikin dua kilo ya bikin lagi seperti resep awal dan seterusnya tergantung mau bikin berapa kilo," imbuh Sulastri.
Setelah pati kanji tercampur merata dengan semua bahan, maka adonan berwarna putih dan bertekstur kenyal itu pun kemudian dipilin menjadi bentuk bulat panjang sebelum akhirnya dibentuk menjadi tiga roda atau cincin kecil yang saling berhimpitan. Geblek pun siap digoreng hingga matang.
![]() |
Tiga roda atau bulatan putih yang telah matang digoreng dan ditiriskan membuat siapa saja ingin segera menyantapnya. Namun jangan tergesa-gesa, geblek hangat yang telah menggoda lidah akan lebih nikmat disantap bila dilumuri dengan saus kacang.
Saus kacang sendiri dibuat dengan campuran bumbu seperti bawang putih, terasi, kencur, gula merah, cabai rawit, garam dan kulit buah jeruk purut atau jeruk limau yang membuat saus kacang menjadi harum. Setelah bumbu halus diulek, barulah kacang tanah yang telah digoreng ikut diulek dan dihaluskan bersama bumbu-bumbu tadi. Untuk menambah kenikmatan rasa dan mengencerkan saus kacang, air rendaman asam jawa pun disiramkan ke dalam ulekan kacang halus.
"Bumbu kacang atau saus kacang yang sudah jadi kemudian disiramkan di atas geblek yang masih hangat ini, setelah itu baru dimakan, rasanya akan lebih nikmat karena ada bumbu kacang yang manis gurih pedes dan wangi," lanjutnya.
![]() |
Geblek buatan Sulastri yang lezat dan bikin nagih ini, dijual hanya dengan harga Rp 500,' ber biji. Selain untuk dimakan sendiri, makanan khas yang melegenda ini juga bisa dijadikan oleh-oleh bagi siapa saja yang berkunjung ke Purworejo untuk dibawa pulang. Karena tanpa bahan pengawet, geblek mentah untuk oleh-oleh hanya bisa bertahan selama dua atau tiga hari.
"Kalau mau dimakan di sini hangat-hangat lebih enak, atau dibawa pulang juga boleh. Tapi kalau mau buat oleh-oleh yang jauh misal keluar kota lebih baik bawa yang mentah saja, nanti tinggal digoreng di rumah. Ini kan tanpa bahan pengawet, jadi paling tahan sampai tiga hari. Kemarin dibawa ke Kalimantan juga ngabari masih awet tiga hari. Misal pengin lebih lama ya dimasukkan ke dalam kulkas bisa tahan berhari-hari," tutupnya.
(odi/odi)