Bukit Muria yang membentang hingga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah punya udara sejuk. Selain untuk berekreasi juga untuk melepas lelah. Para pelintas dan pengunjung selalu mencari makanan dan minuman hangat di kawasan ini.
Di anatarnya yang jadi buruan adalah getuk goreng, serta kopi hitam lokal. Menu tersebut mudah ditemukan di beberapa titik di tepi Jalan Sunan Muria, Desa Kajar, Kecamatan Dawe. Tepatnya di sekitar wilayah objek wisata Colo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Satu warung yang terlihat dihampiri beberapa pembeli, adalah Warung Getuk Mbak Sri. Seperti pembeli, yang merupakan wisatawan hingga mereka para anggota komunitas sepeda.
Sesuai namanya, menu andalan warung ini adalah getuk. Dari mulai getuk original, sampai getuk yang diolah dengan aneka macam campuran yang makin menggoda selera.
Ada beberapa menu di warung ini. Misalnya getuk urap, getuk juroh, getuk original, getuk keju, getuk cokelat, mi rebus, mi goreng, kopi Muria, teh hangat, hingga aneka minuman kemasan.
Warungnya sangat sederhana. Di bagian luar berupa bangunan saung bambu, dan kursi serta meja. Ada deretan kursi yang menghadap ke pedagang agar lebih mudah memesan makanan dan minuman.
Tampak beberapa pembeli memilih duduk di luar menikmati sejuknya udara Muria. Mereka bercengkrama, sembari menikmati hidangan getuk di meja atau alas saung.
"Getuk khas Kajar. Ada getuk yang digoreng, diurap, getuk juroh, getuk original, getuk keju, getuk cokelat," kata pemilik warung getuk, Mulyadi (40) di warungnya, Minggu (8/9/2019).
Harganya terjangkau, getuk keju satu porsi isi 3 buah harganya Rp 6.000, getuk urap Rp 2. 000 per buah. Warung buka dari pukul 07.00-23.00 WIB setiap harinya.
![]() |
Getuknya lembut empuk pertanda memakai singkong yang tepat umurnya. Pulen legit getuk original sangat pas dinikmati sambil mennyeruput kopi hangat. Badanpun jadi hangat, perut nyaman, dan harganya tak menguras kantong.
Mulyadi mengaku setiap hari dia menyediakan getuk 50 kg saat ramai seperti akhir pekan atau hari libur. Saat hari biasa, dia mengurangi stok getuk yang dijual, yakni sekitar 5-10 kg.
"Adapun getuk saya ambil (kulakan) dari Kajar," ujar Mulyadi.
Sementara sang peramu resep getuk adalah Sri Mulyani. Istri Mulyadi ini mengaku, dia mendapatkan resep olahan getuk dari nenek buyut. Resep itu diwariskan kepadanya dan dilestarikan sampai sekarang.
Perempuan 32 tahun ini mengaku warung berdiri sekitar 7 tahun. Selama itu, dia bersama suami dan satu karyawan mempertahankan resep makanan getuk.
"Iya, resep dari mbah buyut. Getuk dipadu minuman kopi Muria atau teh. Lezat," jelasnya.
Pelanggannya, biasanya dari komunitas sepeda atau peziarah. Mereka berasal dari dalam kota, atau luar kota macam Demak, Jepara, dan Semarang. "Ada yang sengaja datang, sekalian ziarah," ujarnya.
![]() |
Seorang pelanggan warung getuk, Ahmad Ari Wibowo (22) warga Desa Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kudus, mengaku sangat menikmati getuk urap setiap kali mampir ke warung getuk ini.
"Biasanya getuk urap. Enak. Seminggu sekali ke warung getuk. Kalau kerja masuk malam, bisa setiap hari," ujar pesepeda ini.
Sementara pelanggan lainnya, Jamaah (30) warga Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kudus mengatakan, dia selalu menyempatkan diri ke warung getuk bila sedang istirahat usai mengayuh sepeda.
"Sambil bersepeda, bonus makan getuk. Saya sukanya getuk goreng. Saya ajak tamu dari keluar kota, bisa saya ajak sambil minum secangkir kopi," ujarnya.
(odi/odi)