Dari Dieng hingga Toraja, Ini 5 Jenis Cabai Super Pedas Indonesia

Makanan Super Pedas

Dari Dieng hingga Toraja, Ini 5 Jenis Cabai Super Pedas Indonesia

Sonia Basoni - detikFood
Selasa, 03 Sep 2019 13:40 WIB
Dari Dieng hingga Toraja, Ini 5 Jenis Cabai Super Pedas Indonesia
Foto: Istimewa
Jakarta - Cita rasa makanan Indonesia akrab dengan sengatan pedas yang menggigit. Sejak dulu, beberapa jenis cabai sudah menjadi pelengkap utama dalam setiap masakan.

Meski bukan asli Indonesia, tapi cabai kini sudah tak bisa terpisahkan dengan budaya kuliner di sini. Di Indonesia sendiri, ada beberapa jenis cabai yang paling sering digunakan, salah satu cabai keriting merah dan hijau, cabe rawit merah, cabai rawit hijau, hingga cabai merah dan cabai hijau besar.

Tapi sebenarnya varian cabai ini tak hanya terbatas cabai rawit atau cabai keriting saja. Dulu bangsa Portugis masuk ke Indonesia, untuk berdagang rempah, di sana mereka membawa beberapa bibit cabai yang kemudian dibudidayakan oleh warga lokal kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya ada banyak jenis cabai unik dan khas, dari beberapa daerah yang ada di Indonesia. Salah satunya di Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, hingga Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Huaah! Berasal Dari Peru, Kini Cabai Jadi Bumbu Makanan Kekinian Super Pedas

Cabai Gendot

Foto: Istimewa
Tak jauh dari kota Semarang ada kawasan Dieng yang ada di Jawa Tengah, yang dipenuhi dengan perkebunan teh hingga tanaman lainnya. Dieng terkenal dengan dataran tingginya, karena memiliki ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut. Suhu yang dingin di sana, dan tanah yang berada di kawasan vulkanik aktif membuatnya menjadi subur.

Selain teh, Dieng punya cabai yang pedas dan digemari banyak orang. Namanya cabai gendot, dengan nama latin capsicum chinense. Cabai ini dikenal dengan sebutan habanero, dan aslinya berasal dari Yucatan. Berbeda dengan cabai lainnya, bentuk cabai yang satu ini lebih 'gemuk' hingga dinamai 'gendot'.

Tingkat kepedasan dari cabai ini melebihi cabai rawit. Dengan sengatan kepedasan yang mencapai 100.000 - 350.000 skala Scoville (SHU). Selain di Dieng, cabai gendot ini juga ditanam di wilayah Bandung. Hingga saat ini penghasil cabai gendot atau gendol ini, masih dipegang Meksiko, tempatnya berasal.

Cabai gendot biasanya diolah jadi tumisan sayur, cabe, hingga seafood.

Cabai Domba

Foto: Istimewa
Bagi penggemar pedas, pasti sudah tidak asing dengan jenis cabai yang satu ini. Bentuknya sedikit lebih besar dari cabe rawit, tapi tidak sebesar cabai gendot. Warnanya kuning kemerahan, cenderung ke warna oranye. Biasanya cabai ini lah yang digunakan, sebagai topping makanan kekinian, seperti ayam geprek, hingga mie setan.

Cabai domba ini tumbuh dan ditanam di wilayah Jawa Barat. Untuk masalah rasa pedas, cabai domba ini masih bisa dinikmati banyak orang, dan sengatan pedasnya tak terlalu menyiksa lidah. Dengan level kepedasan mencapai 50.000-100.000 SHU, jika dipadukan dengan makanan rasanya jadi enak dan pedas gurih.

Selain warna oranye, cabai domba ini memiliki beberapa tingkat warna. Seperti mewah, hingga hijau muda. Bagi yang suka rasa sangat pedas, bisa pilih cabai domba yang berwarna merah atau oranye. Karena di tingkat warna ini, cabai sudah matang dan memiliki sengatan pedas yang lebih tinggi dibandingkan warna lainnya.

Cabai Hiyung

Foto: Istimewa
Bisa dibilang cabai Hiyung ini punya warna dan bentuk yang cantik. Uniknya, cabai ini hanya dapat ditemukan di daerah asalnya, yaitu di desa Hiyung, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Warnanya yang merah menyala, membuat rasanya sangat pedas.

Hanya saja, jika cabai Hiyung ini ditanam di luar wilayah desa Hiyung, maka rasa kepedasannya akan berubah. Ini disebabkan karena adanya perubahan tanah dan lingkungan. Namun, tak perlu khawatir, karena cabai Hiyung ini rasanya tetap pedas meski ditanam di luar Hiyung.

Bagi penggemar pedas wajib coba cabai yang satu ini. Karena sengatan cabai Hiyung ini, 17 kali lebih pedas dari cabai rawit biasa. Selain itu cabai segar ini tak mudah layu, mereka bisa bertahan hingga 10 hari dengan kondisi yang baik.

Biasanya cabai Hiyung disulap jadi sambal korek, abon cabai, hingga sambal goreng.

Cabai Jawa

Foto: Istimewa
Kalau yang satu ini bentuknya unik, dan tidak ditemukan di dalam masakan, melainkan di dalam racikan jamu. Disebut sebagai cabai Jawa, ataui cabai Jamu. Fungsi cabai yang satu ini lebih untuk meningkatkan kesehatan tubuh.

Salah satu manfaatnya adalah untuk meningkatkan stamina pria, menurunkan demam pada tubuh, hingga membantu menyembuhkan penyakit batu ginjal. Untuk rasa sendiri tetap pedas, dan beberapa orang mengatakan rasanya mirip seperti cabai rawit.

Untuk menyajikan cabai Jawa ini, sebelumnya cabai-cabai ini harus dikeringkan lebih dulu. Selain itu cabai Jawa juga sering diseduh sebagai minuman, karena memberikan efek hangat di tubuh.

Cabai Katokkon

Foto: Istimewa
Sekilas tampilannya mirip seperti paprika kecil, tapi tentunya berbeda. Disebut cabai katokkon, jenis yang satu ini banyak ditemukan di Tana Toraja yang berada di Sulawesi Selatan. Bentuk cabainya bulat, perpaduan antara paprika dan tomat.

Berbeda dengan jenis cabai lainnya, cabai katokkon baru akan tumbuh jika ditanam di atas dataran tinggi dengan tingkat ketinggian 1000-1.500 mdpl. Mirip seperti cabai lainnya, cabai katokkon punya rasa yang lebih pedas dari cabai rawit yang ada di Jawa.

Kegunaan cabai katokkon ini tentunya untuk memperkaya rasa pada makanan-makanan tradisional khas Toraja. Aroma yang khas, dan sengatan pedasnya yang mencapai 400.000 - 600.000 SHU, membuat masakan jadi tambah enak. Salah satu masakan yang populer adalah Ayam Kuning Katokkon, yang dimasak menggunakan cabai ini.

Baca Juga: Huahh! Dibalik Sengatan Pedas Cabai Ada 10 Manfaat Sehat Ini
Halaman 7 dari 6
(sob/odi)

Hide Ads