Meski bukan asli Indonesia, tapi cabai kini sudah tak bisa terpisahkan dengan budaya kuliner di sini. Di Indonesia sendiri, ada beberapa jenis cabai yang paling sering digunakan, salah satu cabai keriting merah dan hijau, cabe rawit merah, cabai rawit hijau, hingga cabai merah dan cabai hijau besar.
Tapi sebenarnya varian cabai ini tak hanya terbatas cabai rawit atau cabai keriting saja. Dulu bangsa Portugis masuk ke Indonesia, untuk berdagang rempah, di sana mereka membawa beberapa bibit cabai yang kemudian dibudidayakan oleh warga lokal kala itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Huaah! Berasal Dari Peru, Kini Cabai Jadi Bumbu Makanan Kekinian Super Pedas
Cabai Gendot
Foto: Istimewa
|
Selain teh, Dieng punya cabai yang pedas dan digemari banyak orang. Namanya cabai gendot, dengan nama latin capsicum chinense. Cabai ini dikenal dengan sebutan habanero, dan aslinya berasal dari Yucatan. Berbeda dengan cabai lainnya, bentuk cabai yang satu ini lebih 'gemuk' hingga dinamai 'gendot'.
Tingkat kepedasan dari cabai ini melebihi cabai rawit. Dengan sengatan kepedasan yang mencapai 100.000 - 350.000 skala Scoville (SHU). Selain di Dieng, cabai gendot ini juga ditanam di wilayah Bandung. Hingga saat ini penghasil cabai gendot atau gendol ini, masih dipegang Meksiko, tempatnya berasal.
Cabai gendot biasanya diolah jadi tumisan sayur, cabe, hingga seafood.
Cabai Domba
Foto: Istimewa
|
Cabai domba ini tumbuh dan ditanam di wilayah Jawa Barat. Untuk masalah rasa pedas, cabai domba ini masih bisa dinikmati banyak orang, dan sengatan pedasnya tak terlalu menyiksa lidah. Dengan level kepedasan mencapai 50.000-100.000 SHU, jika dipadukan dengan makanan rasanya jadi enak dan pedas gurih.
Selain warna oranye, cabai domba ini memiliki beberapa tingkat warna. Seperti mewah, hingga hijau muda. Bagi yang suka rasa sangat pedas, bisa pilih cabai domba yang berwarna merah atau oranye. Karena di tingkat warna ini, cabai sudah matang dan memiliki sengatan pedas yang lebih tinggi dibandingkan warna lainnya.
Cabai Hiyung
Foto: Istimewa
|
Hanya saja, jika cabai Hiyung ini ditanam di luar wilayah desa Hiyung, maka rasa kepedasannya akan berubah. Ini disebabkan karena adanya perubahan tanah dan lingkungan. Namun, tak perlu khawatir, karena cabai Hiyung ini rasanya tetap pedas meski ditanam di luar Hiyung.
Bagi penggemar pedas wajib coba cabai yang satu ini. Karena sengatan cabai Hiyung ini, 17 kali lebih pedas dari cabai rawit biasa. Selain itu cabai segar ini tak mudah layu, mereka bisa bertahan hingga 10 hari dengan kondisi yang baik.
Biasanya cabai Hiyung disulap jadi sambal korek, abon cabai, hingga sambal goreng.
Cabai Jawa
Foto: Istimewa
|
Salah satu manfaatnya adalah untuk meningkatkan stamina pria, menurunkan demam pada tubuh, hingga membantu menyembuhkan penyakit batu ginjal. Untuk rasa sendiri tetap pedas, dan beberapa orang mengatakan rasanya mirip seperti cabai rawit.
Untuk menyajikan cabai Jawa ini, sebelumnya cabai-cabai ini harus dikeringkan lebih dulu. Selain itu cabai Jawa juga sering diseduh sebagai minuman, karena memberikan efek hangat di tubuh.
Cabai Katokkon
Foto: Istimewa
|
Berbeda dengan jenis cabai lainnya, cabai katokkon baru akan tumbuh jika ditanam di atas dataran tinggi dengan tingkat ketinggian 1000-1.500 mdpl. Mirip seperti cabai lainnya, cabai katokkon punya rasa yang lebih pedas dari cabai rawit yang ada di Jawa.
Kegunaan cabai katokkon ini tentunya untuk memperkaya rasa pada makanan-makanan tradisional khas Toraja. Aroma yang khas, dan sengatan pedasnya yang mencapai 400.000 - 600.000 SHU, membuat masakan jadi tambah enak. Salah satu masakan yang populer adalah Ayam Kuning Katokkon, yang dimasak menggunakan cabai ini.
Baca Juga: Huahh! Dibalik Sengatan Pedas Cabai Ada 10 Manfaat Sehat Ini
Halaman 7 dari 6