Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga Salatiga

Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga Salatiga

Aji Kusuma - detikFood
Sabtu, 30 Mar 2019 08:58 WIB
Foto: Aji Kusuma/detikcom
Jakarta - Jauh sebelum kopi lokal populer, kopi bubuk dari toko ini sudah jadi favorit warga Salatiga. Biji kopi apa yang diolah di toko ini?

Semerbak aroma wangi kopi sudah tercium begitu ada di depan Toko Kopi Bubuk Cap Babah Kacamata. Toko sederhana ini berada di Jalan Kalinyamat No 16 Salatiga. Saat kami mampir disambut ramah oleh Astono, pengelola Toko Kopi Bubuk Cap Babah Kacamata.

"Silakan duduk, tapi ya begini tempatnya sempit," sambut Astono kepada detikFood, Jumat (29/3/2019). Dua karyawan Astono tampak lihai memasukkan kopi ke dalam plastik kemasan. Kopi bubuk Cap Babah Kacamata ini dijual dengan kemasan 1 ons (100 gram) hingga 1 kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga SalatigaToko Kopi Bubuk Cap Babah Kacamata yang ada sejak 54 tahun lalu. Foto: Aji Kusuma/detikcom

"Harga per 1 ons itu Rp 7.500, 2.5 ons Rp 18 ribu, kalau 1 kilogram Rp 70 ribu. Bisa eceran bisa grosir. Kami sediakan juga pesanan yang siap kirim luar kota, bisa pesan via telepon 085763261833," ungkap Astono.

Kopi bubuk Cap Babah Kacamata sudah terkenal seantero Salatiga sejak 54 tahun silam. Maka wajar, jika dalam sehari Astono bisa memproduksi puluhan kilogram kopi bubuk.

Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga SalatigaPenyangraian, penggilingan hinga pengemasan kopi dilakukan manual. Foto: Aji Kusuma/detikcom

"Ya kalau musim hujan begini, maksimal 100 kilogram per hari. Tapi kalau musim panas bisa dua kali lipat, ya kita kan manual jadi bergantung pada cuaca juga," papar Astono.

Penamaan kopi bubuk Cap Babah Kacamata, menurut Astono tidak datang dari keluarganya. Melainkan dari para pelanggan setia yang datang ke tokonya.

"Ini dulu yang merintis papa saya sejak tahun 1965. Dari dulu pengolahan ya sama, sebelum diselep, biji kopi kami sangrai, apinya berasal dari kayu bakar. Kopi yang kami beli itu robusta green bean dari Temanggung. Kalau nama Babah Kacamata itu malah dari pelanggan, karena papa saya kan pakai kacamata, mereka bilang kalau beli kopi di tempat babah kacamata. Sejak saat itu, kopi milik papa saya dinamai Kopi Bubuk Cap Babah Kacamata" imbuh Astono.

Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga SalatigaBiji kopi asal Temanggung disngrai dengan tungku kayu bakar. Foto: Aji Kusuma/detikcom

Astono mengakui, banyak pihak yang mencoba meniru merk dan kemasan kopi bubuk Cap Babah Kacamata. Namun ia tak gentar, sebab seluruh pelangganya tahu, bahwa kopinya hanya dijual di tokonya.

Lebih dari 50 Tahun Kopi 'Babah Kacamata' Dinikmati Warga SalatigaKopi giling yang siap dikemas. Foto: Aji Kusuma/detikcom

"Di pasar ada cuma satu, itu kakak saya, tapi skala dia kecil. Yang fokus hanya jual kopi ya di sini. Karena tempat ini ada ya sejak ejak papa saya dulu mulai berjualan,"tandasnya.

Jika ingin mencicipi kopi bubuk legendaris ini bisa mampir atau pesan langsung kopi bubuk Cap Babah Kacamata untuk dikirim.

(odi/odi)

Hide Ads