Berasal dari wilayah Shaxian di Provinsi China Timur, restoran ini menyajikan hidangan tradisional Shaxian. Seperti mie kacang mentega dan pork wonton. Di negara asalnya, Shaxian Delicacies sudah sangat populer. Sebab menu yang ada berasal dari resep tradisional yang berusia 1.000 tahun.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sangat mengesankan karena Shaxian Delicacies bisa membuka cabang di dekat rumah saya di Amerika. Rasa hidangannya sama persis seperti yang saya ingat," ungkap Zheng, salah satu warga AS yang lahir di Fuzhou, China.
![]() |
"Ketika pelanggan melihat proses memasak langsung, itu membuat mereka lebih nyaman akan keamanan makanan," ungkap Shao.
Sebelumnya, Shaxian Delicacies membuka cabang di dekat Takadanobaba Station, Tokyo di awal tahun ini. Restoran itu menjadi cabang Shaxian Delicacies di luar negeri pertama yang cukup sukses. Pasalnya omset restoran itu dilaporkan mencapai 200.000 yen (Rp 25 juta) dalam waktu 5 jam setelah resmi dibuka. Hingga pada bulan September lalu, restoran seluas 80 meter persegi itu memperoleh pendapatan sebesar 5 juta yen (Rp 646 juta) setiap bulannya.
![]() |
Untuk memenuhi selera orang Barat, restoran ini melakukan inovasi terhadap menunya. Contohnya, Wu Shaohua, pemilik restoran Shaxian Delicacies di Bordeaux, Portugal, khusus menyiapkan "daging goreng" dan "lumpia goreng" sebab penduduk setempat penyuka sajian goreng.
Enaknya, restoran ini memiliki 'dapur pusat' untuk menyalurkan bahan-bahan segar ke seluruh cabang.
Hal lain yang membuat restoran ini diminati ialah harganya yang murah. Tak heran kalau seluruh cabang Shaxian Delicacies di China menghasilkan omset lebih dari 10 miliar yuan (Rp 1.2 triliun) per tahun.
Tonton juga 'Icip-icip Dim Sum hingga Tofu Claypot di Resto Oriental':
(dwa/odi)