Susu sapi segar dari Boyolali yang melimpah tersohor di kawasan Jawa Tengah dan DIY. Dijual di warung-warung susu segar di kota-kota sekitar Boyolali. Rasa gurih segar susu sapi Boyolali sudah tak diragukan lagi lezatnya.
![]() |
"(Usaha keju ini) awalnya tahun 2008/2009 lalu," kata Noviyanto, pendiri sekaligus pemilik pabrik keju Indrakila ditemui di rumahnya yang juga menjadi tempat usaha keju, jalan Prof Suharso Boyolali, Kamis (8/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pemasaran sudah nasional, tapi paling banyak Jawa Bali, khususnya DIY dan Bali," jelasnya.
Daerah pemasaran saat ini paling banyak memang ke Daerah IstimewaYogyakarta dan Bali. Mengingat daerah tersebut dikenal sebagai kawasan dengan wisatawan asingnya.
Sedangkan untuk pasokan susu segarnya, mereka bermitra dengan kelompok peternak sapi di Boyolali.
Usaha pembuatan keju dirintis oleh Noviyanto saat ia menjadi asisten tenaga ahli dari Jerman tahun 2008. Saat itu ada kerjasama antara Indonesia dengan Deutscher Entwicklungsdiens (DED) Jerman. Sebuah program pemerintah Jerman untuk membantu usaha atau proyek kecil di dunia. Bantuan berupa bimbingan tenaga ahli Jerman.
"Dulu unit kerjanya di Bappeda (Boyolali), saya mendampingi dia (tim dari DED Jerman) tiga tahun. Tugasnya mencarikan solusi, susu Boyolali itu perlu dikelola. Terus bikin rekomendasi untuk Pak Bupati. Misalnya dimanfaatkan untuk sabun susu, ada yang untuk yogurt dan yang kualitasnya paling tinggi kita bikin keju," jelas Noviyanto.
Tahun 2009, Noviyanto bersama sejumlah temannya membuat koperasi dan merintis produksi keju, hingga akhirnya berlanjut hingga sekarang.
![]() |
Saat awal memulai usaha, tempatnya masih menyewa pada salah satu anggota koperasi. Namun, kini sudah pindah ke tempat yang lebih luas di jalan Prof Suharso, Boyolali.
Kapasitas produksinya pun saat ini sudah mencapai minimal 1.000 liter atau 100 kg per hari. Namun jika permintaan tinggi bisa mencapai 3.000 liter atau 300 kg per hari.
"Tapi kan tidak rutin, ya minimal 1.000 liter per hari. Tergantung order, jadi yang kami produksi terserap pasar semua. Tergantung tingkat kunjungan wisatawan asing juga. Kalau kunjungan wisatawan turun, ya ikut turun, karena kan keju memang makanan ekspatriat khususnya," kata Novi.
Semula keju Indrakila dipasarkan kepada warga asing yang ada di Solo. Di saat mereka kumpul akhir pekan di kafe di Solo, Novi memasarkan produk kejunya.
"Awalnya pemasaran kafe di solo. Bule-bule kumpul tiap weekend, saya ikut jual keju di situ," tandasnya.
Untuk pasar ekspor, sejauh ini belum dilakukan. Namun kedepan akan dicoba dengan memberdayakan para TKI di luar negeri.
"Ekspor Insyaallah tahun ini. Sudah buka channel, kan banyak negera-negara yang punya TKI yang sudah jalan asosiasinya. Jembatannya itu. Dari kawan dia ikut aktif di migran care, terus ternyata TKI di sana punya posisi bisa jualan, kita ditawarkan, kita ikut," ujarnya. (dvs/odi)