Pacitan dikenal dengan sebutan Kota 1001 Gua karena punya pesona alam yang menarik. Selain memelihara kuliner tradisi, masyarakat Pacitan juga melakukan inovasi dalam membuat makanan baru. Salah satunya kukis atau biskuit temulawak.
Baca Juga: Krenyes Renyahnya Ikan Wader di Warung Mak Ti Bikin Nagih
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya gagasan ini bermula dari keinginan memberdayakan produksi temulawak yang melimpah di desa saya," katanya kepada detikcom, Selasa (16/10/2018) pagi.
![]() |
Menurut Arif, temulawak hasil panen hanya dijual kiloan. Harganya pun tidak menentu. Bahkan saat panen melimpah harga jual di pasaran justru anjlok. Melihat kenyataan itu, Arif pun memberanikan diri membuat sesuatu yang baru.
"Awalnya mencoba-coba bersama teman-teman mahasiswa. Saat itu muncul gagasan membuat krupuk berbahan temu lawak," imbuh Sarjana Pendidikan Matematika dari salah satu perguruan tinggi swasta tersebut.
![]() |
Pembuatannya pun relatif sederhana. Temulawak segar yang diambil langsung dari ladang lantas dikupas dan dicuci. Setelah itu diparut dan diperas. Air perasan berwarna kuning lalu didiamkan di tempat panas selama 2 hari.
Proses itu menghasilkan sari pati temulawak. Bentuknya tak lagi cair, melainkan serbuk. Bahan tersebut lalu diaduk dengan bahan lain. Terdiri dari tepung terigu, kuning telur, mentega, dan sedikit pengembang.
![]() |
Untuk 1 kemasan karton berisi 30 buah, Arif memasang harga Rp 25 ribu. Sementara, kukis temulawak buatan Arif baru bisa dibeli secara daring. Dia pun mengaku sudah pernah mengirim produknya ke hampir semula wilayah di tanah air.
Arif berharap keberadaan makanan berbahan temulawak akan memperkaya khazanah kuliner khas Pacitan. Selain beragam jenis makanan lain berbahan ikan laut. Dia pun mimpi menjadikan tanah kelahirannya 'Kampung Temulawak'.
Baca Juga: Ini Rawon Kalkulator yang Potongan Dagingnya Besar dan 'Mlekoh' Rasanya
(sob/odi)