Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet

Ayo Minum Kopi Indonesia

Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet

Arbi Anugrah - detikFood
Jumat, 28 Sep 2018 14:30 WIB
Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
Banyumas - Di padepokan ini bisa belajar soal tanaman kopi hingga pasca panen. Temoatnya nyaman dan sejuk di kaki gunung Slamet.

Kopi yang ditanam disetiap daerah pasti mempunyai ciri khas, begitu pula kopi yang ada di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Dusun Peninis, Desa Windujaya, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Jawa Tengah. Sejarah panjang kopi di Banyumas tak lepas dari jaman penjajahan Belanda.

Namun, di Jawa Tengah sendiri, kopi asal Banyumas hampir tidak dikenal oleh masyarakat luas dan tidak masuk dalam peta kopi Indonesia. Seperti kopi asal Temanggung ataupun Wonosobo. Padahal Banyumas awalnya merupakan penghasil komuditas kopi, jauh sebelum ada gula dan cengkeh. Meskipun demikian, saat ini kopi asal Banyumas mulai kembali menggeliat, dan minat pasar mulai tebuka luas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Desa Melung Juga Punya Kopi Legendaris Bercitarasa Unik
Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
"Kenapa di Banyumas hilang (kopi), mungkin karena terputusnya pengetahuan tentang pemeliharaan, budidayanya setelah Belanda pergi dan tidak meninggalkan ilmunya, jadi kita disini ilmunya hilang tidak sampai ke masyarakat. Berbeda dengan daerah Temanggung kemudian Wonosobo dimana ada Banaran kopi yang dikelola PTPN IX," kata Edi Daryono (40), Founder Padapokan Filosofi Kopi dan Pondok Tani Organik, Yasnaya Poliana saat berbincang dengan detikcom, Kamis (27/9) kemarin.

Edi sendiri terlahir dari keluarga petani kopi dan tinggal di daerah kopi Banaran, awal saat dirinya mengembangkan kopi di Banyumas 20 tahun yang lalu karena ketidak sengajaan. Berawal dari rasa miris melihat pohon kopi yang dipotong oleh penduduk lokal hanya untuk dibuat sebagai kayu bakar. Setelah dia beli batang pohon kopi tersebut, kemudian dia tanam hingga menghasilkan kopi seperti saat ini terus berkembang dengan luas lahan kopi mencapai 1,5 hektar.
Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
"Awalnya ngembangin kopi di sini itu tidak sengaja, karena trenyuh melihat pohon kopi dipinggir jalan di cabuti, ditumpuk kemudian kayunya ingin dibuat suluh (kayu bakar) oleh warga sekitar. Padahal batangnya sudah segede tangan kok dibakar, itu kalau di daerah saya itu sudah bisa menghasilkan 15 kilogram biji kopi per pohon, dan itu sebuah kehidupan, akhinya saya beli dan saya tanam di padepokan ini, 6 bulan tunas kemudian saya sambung, 1 tahun sudah berbuah. Itulah yang sekarang ada, jadi berawal dari pesakitan karena tidak sengaja tapi bisa menjadi berkah mudah-mudahan untuk Banyumas," ungkapnya.

Di Banyumas sendiri mempunyai dataran mulai dari 200-1500 Mdpl dengan tanah yang subur dan belum banyak terkontaminasi oleh bahan kimia, sehingga kopi yang dihasilkan mempunyai citarasa yang sangat unik dan lengkap. Meskipun demikian kopi yang dihasilkan rata-rata merupakan kopi dari variates robusta, walaupun saat ini tengah dikembangkan demplot kopi variates arabica di wilayah Baturraden.

"Kalau yang sudah ada robustanya, karena tanahnya di Banyumas subur dan belum banyak kontaminasi kimia jadi rasanya lebih ke gurih, cokelat, nutty, sama karamelnya lengkap jadi seimbang. Jadi luar biasa makanya aromanya ada rempahnya juga. Kemudian disini ada bahasa 'buket' dan di kopi itu kan ada buket, itu artinya rasanya komplit. Jadi bahasa sini mengatakan kopi Banyumas enak, enak tidak sekedar enak tapi uenak tenan dan tenan," ujarnya.
Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
Menurut dia, di Padapokan Filosofi dan Pondok Tani Organik Yasnaya Poliana lebih pada pendampingan kepada petani kopi agar dapat menghasilkan kopi yang mempunyai kualitas yang sangat baik.

Dari pendampingan tersebut, saat ini banyak petani kopi di wilayah Banyumas sudah mulai bisa merilis kopi asal daerahnya masing-masing seperti di Desa Sumbang, Desa Sikapat, serta Desa Tambak dengan kopi 'Gowok Rangkok'. Dan dia berharap dalam padepokan yang juga terdapat kelompok tani Maju Desa Indonesia nantinya bisa menjadi pionir untuk semua orang di desa-desa yang ingin belajar tentang kopi.
Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
"Jadi bukan hanya budidayanya saja, tapi petani saat ini sudah melangkah ke proses pasca panen, mulai dari proses penjemurannya, sistem pengeringan pasca panen, karena sekarang dikedai para barista menghendaki cita rasa, bukan hanya kopi sebatas kopi saja, tapi mereka menghendaki cita rasa yang dimunculkan dari para petani mulai dari procesing pasca panennya. Makanya petani harus bisa mulai dari budidaya sampai mengolah pasca panennya, jadi dituntut untuk itu supaya harganya bagus, kualitasnya bagus," ungkapnya.

Dia yakin dalam 1-2 tahun kedepan kopi Banyumas sudah bisa mempunyai kualitas yang baik, karena potensi kopi yang ada di Banyumas, petani yang mulai cerdas hingga pasar yang sudah menunggu. Belum lagi, pendampingan dan kerjasama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Banyumas untuk tahun 2019 yang akan fokus pada dua potensi lokal yakni kopi dan gula kelapa.
Soal Kopi Bisa Belajar di Padepokan Filosofi Kopi Lereng Gunung Slamet Foto: dok. detikFood/Arbi Anugrah
"Semua lahan di deretan Gunung Slamet ini punya potensi yang bisa digarap dan dikeloala dengan kopi, karena sudah ada (sejak dulu) tinggal direhabilitasi setahun dan panen. Di Banyumas itu masih banyak kopi varetas robusta dengan clon Java lokal yang bijinya kecil-kecil, yang justru memang gurih tapi untuk strandart tingkat Internasional itu belum masuk karena memang ada standart ukuran. Makanya dalam pendampingan kita harus mengarahkan petani," ucapnya.

Dilahan 1,5 hektare di padepokan Filosofi Kopi yang dihasilkan diberi brand kopi Asoka dan kopi Peninis yang diambil dari para petani lokal di Grumbul Peninis, Desa Windujaya. Di lahan itu juga, petani yang ikut pendampingan dapat melihat bagaimana cara mengembangkan dan mejaga pohon kopi yang baik agar dapat menghasilkan biji kopi yang berkualitas.

Baca Juga: Baca Juga: Geliat Desa Melung Banyumas Kembangkan Potensi Wisata





Tonton juga 'Menikmati Kopi yang Diolah Secara Tradisional di Kemiren':

[Gambas:Video 20detik]

(sob/odi)

Hide Ads