Berawal dari sebuah milis, atau grup diskusi internet. Wasis Gunarto salah satu pendiri Kopi Tiam Oey, berinisiatif untuk mendirikan komunitas kuliner Jalansutra. Dibawah asuhan mendiang Bondan Winarno, secara perlahan tapi pasti, Jalansutra berhasil menjadi salah satu komunitas kuliner paling besar di Indonesia.
Baca Juga: Inilah Komunitas Food Blogger Indonesia Pertama
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dulu anggota Jalansutra hanya pengguna milis saja, tapi setelah Pak Bondan membawakan acara Wisata Kuliner di televisi. Anggota Jalansutra bertambah pesat, kebanyakan anggota baru, gabung karena mereka tahu bahwa Jalansutra dibuat oleh Pak Bondan. Hal ini yang menjadi cikal bakal terbentuknya komunitas Jalansutra dengan ribuan anggota hingga sekarang," lanjut Lidia.
Meski awalnya hanya diskusi via internet saja, tapi dalam beberapa tahun terakhir Komunitas Jalansutra tumbuh menjadi perkumpulan yang solid, dan akrab bagi penggemar kuliner di seluruh Indonesia. Hingga saat ini terhitung ada lebih dari 12.000 anggota Jalansutra, yang tersebar di milis, Facebook, dan group WhatsApp.
"Anggota Jalansutra berasal dari seluruh Indonesia, ada yang dari Bandung, hingga Padang. Selain itu kami juga pernah mengadakan acara festival kuliner besar. Sebelum tahun 2005, Jalansutra bersama Pak Bondan membuat festival kuliner bernama 'Heritage Food in Heritage City',"
![]() |
"Di Jalansutra kami juga aktif menerbitkan buku kuliner, tentunya bersama mendiang Pak Bondan. Salah satu buku dari Jalansutra, ada 100 Maknyus Joglo Semar hingga yang terbaru ada 100 Maknyus Jalur mudik," ungkap Lidia yang telah bergabung dengan Jalansutra sejak 2003 ini.
Tidak hanya membuat event berskala besar dan menerbitkan buku saja, tapi Jalansutra juga menjadi tempat untuk anggota menggali potensi mereka dibidang kuliner.
"Banyak anggota Jalansutra yang kini beralih profesi ke bidang kuliner. Setelah mereka sharing pengalaman, passion, dan didukung oleh Pak Bondan. Banyak anggota yang sukses di dunia kuliner, salah satunya ada Yohan Handoyo yang menjadi CEO di perusahaan, hingga Ratna Somantri yang kini mendalami tentang teh," jelas Lidia.
Ketika ditanya suka duka di Komunitas Jalansutra, Lidia menuturkan bahwa dulu banyak restoran yang menolak untuk diulas. Mereka dilarang untuk mengambil foto makanan, hingga membawa kamera. Berbeda dengan jaman sekarang, di mana pelaku kuliner lebih terbuka terhadap media.
![]() |
Di akhir sesi wawancara dengan Lidia, ia juga menyampaikan harapannya untuk Jalansutra dan komunitas kuliner lainnya di masa depan.
"Ketika mendiang Pak Bondan pergi, kami sempat bingung mau kemana arah Jalansutra. Tapi akhirnya kami kembali untuk membangun dan terus mempromosikan kuliner Indonesia. Harapan untuk Jalansutra dikedepannya, agar kita tetap mempromosikan makanan Indonesia, mencintai makanan Indonesia. Sehingga makanan Indonesia tetap menjadi panggung di negerinya sendiri," pungkas Lidia.
Baca Juga: Seru! Komunitas Belanga Indonesia Ajak Orang Lebih Cinta Makanan Indonesia
(sob/odi)