Selain sate srepeh yang terbuat dari irisan tipis daging ayam, Rembang juga punya sate laler. Selintas mirip sate ayam dan kambing biasa, tetapi punya keunikan. Sate laler atau dalam bahasa Indonesia artinya laler artinya lalat.
Kalau malam ingin makan enak, sate ini bisa jadi pilihan di Kabupaten Rembang. Selain menunya yang unik, lokasi berjualan sate ini yang bikin menarik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Para penjual sate laler ini dapat dengan mudah dijumpai di wilayah kota Rembang, tepatnya di sepanjang trotoar Jalan Kartini Rembang. Biasanya, mereka mulai berjualan pada sore hari menjelang petang, dan baru tutup pada dini hari.
"Ya jualannya seperti ini, di pinggir jalan. Saya jualan disini sejak tahun 90an. Dari rumah dipikul, terus tinggal gelar tikar, sudah. Nanti baru tutup sekitar jam 2 sampai jam 3 pagi. Tergantung sudah habis atau belum," tutur Suparlan,
salah satu penjual sate laler di Jalan Kartini, Rembang. Sate laler ini merupakan sate kambing. Sebenarnya sate ini sama dengan sate pada umumnya. Menggunakan sambal kecap, juga ada irisan bawang merah, dan tomat yang pelengkapnya.
Uniknya, dalam penyajian nasi dibungkus dengan daun pohon jati sehingga aroma dan kehangatan nasi tetap terjaga. Daerah Rembang dan Blora terkenal dengan hutan jatinya sehingga mudah mendapatkan daun jati muda.
"Yang beda mungkin dari ukuran dagingnya, ini lebih kecil dan pasti ada gajih di bagian tengah satenya. Dengan ukuran yang kecil ini kan bisa lebih mudah dan nyaman di mulut. Mungkin itu yang bikin namanya jadi sate laler, karena kecil-kecil kaya laler," kata Suparlan yang merupakan warga Desa Pranti Kecamatan Sulang, Rembang.
![]() |
Meski lokasi berjualannya lesehan dan hanya memanfaatkan ruang trotoar jalan, sate laler ini selalu ramai dikunjungi setiap malamnya. Sebab, tempat berjualannya yang hanya memanfaatkan emperan toko ini, justru dianggap membawa sensasi tersendiri.
"Jarang-jarang sih ada penjual seperti ini. karena kalau kaki lima kan biasanya pakai meja, ini hanya lesehan dan benar-benar di pinggir jalan, kan syahdu. Terlebih rasanya juga enak, bersaing lah," tutur Arif salah satu penikmat sate laler ini.
Sate disajikan di atas piring tanah liat, diberi kecap manis, irisan cabe rawit, bawang merah dan tomat. Rasanya empuk gurih dengan sedikit manis pedas dari kecap manis dan irisan cabe. Kalai mau kenyang, makan dengan nasi yang dibungkus daun jati. Mantap!
Harga sate laler ini juga cukup murah. Per 10 tusuk Rp 12.000 dan nasi putih bebrungkus daun pisang Rp 3.000. Jajanan enak ini bisa disantap hangat sambil menikmati sejuknya tiupan angin malam dengan lesehan di atas tikar. (odi/odi)