Pasar Legi berlokasi di Jalan Letjen S. Parman, Solo. Seperti halnya Pasar Gede, Pasar Legi punya sejarah panjang. Didirikan pada masa pemerintahan Mangkunegoro sekitar tahun 1930.
Nama 'Legi' diambil dari salah satu nama hari pasaran atau pancawara yang lekat dengan budaya Jawa. Dahulu pasar di Jawa memang hanya buka satu hari dalam satu minggu kalender Jawa (siklus 5 hari) saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga: Menebus Kelezatan Legendaris di Pasar Berusia 11 Windu
Pasar Legi merupakan pasar induk terbesar di Solo. Dikutip dari Kesolo.com (15/12), pasar seluas lebih dari 16.000 meter persegi ini mendapat pasokan dagangan dari wilayah Solo dan sekitarnya seperti Brebes dan Temanggung.
Pengunjung bisa menemui aneka bahan makanan segar di Pasar Legi. Mulai dari ragam buah, sayur, cabai, bawang hingga ayam potong segar. Nantinya barang dagangan di sini baru didistribusikan ke pasar-pasar lain di Solo seperti Pasar Gede dan Pasar Nusukan.
Uniknya, jam ramai Pasar Legi bukanlah pagi atau sore hari. Pasar yang buka 24 jam ini justru paling ramai jam 2 dini hari. Di jam ini terjadi puncak transaksi jual beli.
![]() |
Baca Juga: Jajan Enak dan Mantap di Pasar Gede Hardjonegoro
Banyak ibu-ibu dan pedagang dari pasar lain berbelanja ke Pasar Legi. Mereka mengincar bahan makanan segar yang berkualitas namun berharga murah.
Meski disebut pasar induk, Pasar Legi kini juga menjual barang dagangan lain seperti pakaian, bumbu dapur hingga perkakas rumah tangga.
Nah kalau ke Solo, jangan lupa mampir ke Pasar Legi ya! Belanja dini hari bisa jadi agenda wisata yang seru.
(adr/adr)