Mendengar tiwul mungkin Anda langsung terbayang buliran-buliran singkong kasar warna cokelat dengan rasa manis gula merah. Tapi tiwul yang sebenarnya terasa hambar. Ini karena tiwul dijadikan makanan pokok pengganti nasi.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiwul atau thiwul banyak dikonsumsi masyarakat daerah pegunungan Kidul termasuk Pacitan, Wonogiri dan Gunung Kidul Yogyakarta. Di sana kondisi tanahnya kurang subur dan cenderung kering sehingga hanya singkonglah yang berhasil ditanam.
Singkong lalu diolah jadi tiwul dan dijadikan panganan utama. Cara membuat tiwul tidaklah sulit. Singkong dikupas, dibersihkan kemudian dijemur hingga kering.
![]() |
Singkong kering ini disebut gaplek. Gaplek lalu ditumbuk hingga halus, diberi sedikit air, kemudian dikukus hingga berwarna kecoklatan. Teksturnya berbulir menyerupai nasi. Enak dimakan dengan sayur lombok ijo pedas, tempe dan tahu goreng.
Baca Juga: Tiwul dan Grontol, Lenjongan yang Kenyal dan Gurih
Untuk versi manisnya, tiwul ditambahkan gula merah dan daun pandan. Makin enak dinikmati dengan kelapa parut yang rasanya gurih. Tiwul versi manis bisa didapat di penjual jajanan pasar. Ada yang masih menjajakannya dengan gendongan ataupun gerobak.
Jika ingin membuat tiwul sendiri, hati-hati dalam proses penjemuran singkong. Pasalnya penjemuran yang tidak benar-benar kering berisiko menumbuhkan jamur Aspergitus flavus yang sebabkan keracunan.
![]() |
Racun dalam tiwul disebabkan kandungan asam sianida. Biasanya singkong yang sudah terinfeksi memiliki rasa yang pahit dan warna pada pangkalnya berubah kebiru-biruan. Jika terdapat singkong seperti itu, sebaiknya jangan dikonsumsi. (msa/odi)