Beberapa hari yang lalu, delapan bangkai rusa ditemukan di jalur pendakian Gunung Lawu, Jawa Tengah. Penemuan bangkai ini membuat banyak orang heran, pasalnya selama ini rusa-rusa yang hidup di kawasan ini sudah akrab dengan manusia dan mereka tahu manusia tidak akan menyakiti, apalagi membunuhnya.
Padahal, beberapa wilayah di Indonesia seperti Aceh dan Merauke masyarakatnya banyak yang gemar menyantap daging rusa. Bahkan tak jarang para pelancong justru membawa daging rusa olahan sebagai oleh-oleh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Walaupun tergolong salah satu hewan yang dilindungi, akan tetapi masyarakat Aceh masih sering memburu rusa. Ini dikarenakan adanya kultur budaya dalam berburu rusa di Aceh. Memasuki hari meugang, beberapa warga tidak hanya bisa menyajikan daging sapi atau kerbau, banyak juga orang yang berburu rusa, kambing batu hingga ikan keureuling yang bisa dijadikan sebagai menu khas "ureo meugang".
Dijadikan buah tangan, daging rusa yang diolah menjadi dendeng juga jadi oleh-oleh yang populer di Aceh. Dalam proses pembuatannya, daging rusa diiris tipis, dikeringkan dan dicampur dengan rempah serta olahan bumbu tradisional seperti ketumbar dan gula.
![]() |
Selain Aceh dan Pekanbaru, Merauke juga punya olahan daging rusa yang lebih komplet. Konon, harga daging rusa lebih murah dibandingkan dengan daging sapi. Kalau ke Merauke, Anda bisa mencicip sajian serba daging rusa di jalan Raya Mandala. Salah satu warungnya menjual bakso dan sate rusa yang diburu di hutan di sekitar Taman Nasional Wasur dan wilayah perbatasan.
![]() |
Untuk beberapa wilayah di Indonesia, rusa memang dilindungi. Namun di Merauke rusa jumlahnya cukup banyak sehingga pemerintah kota Merauke mengizinkan perburuan rusa secara legal. (lus/odi)