Belum lama kita dikejutkan dengan foto Pramuka makan bersama dengan alas tanah. Makan bersama memang tradisi Indonesia yang patut dilestarikan.
Indonesia mengenal banyak tradisi makan bersama. Jika di Bali ada megibung, di Minang ada makan bajamba atau makan barapak. Tradisi ini biasanya berlangsung saat hari besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Makan bajamba bisa diikuti puluhan hingga ribuan orang sekaligus. Mereka nantinya dibagi dalam beberapa kelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 3-7 orang yang duduk melingkar.
Nantinya satu orang bertugas sebagai janang atau orang yang ditunjuk tuan rumah untuk menemani tamu makan. Ia juga ikut makan tetapi bertugas untuk menambah nasi atau lauk pauk.
Nasi dan lauk pauk ini disajikan dalam satu nampan atau pinggan besar. Ada gulai ayam, rendang, asam padeh daging, terung balado, perkedel, dan lauk lainnya.
Sebelum makan, acara makan bajamba dibuka dengan pagelaran kesenian Minang dan tradisi saling berbalas pantun. Ada pula proses pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Menilik sejarahnya, makan bajamba diyakini berasal dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Diperkirakan sudah ada sejak agama Islam masuk ke Minangkabau pada abad ke-7. Karenanya tradisi makan bersama ini lekat dengan nilai-nilai ajaran Islam.
![]() |
Seperti mendahulukan orang yang lebih tua untuk mengambil makanan, makan dengan tangan kanan, dan wajib menghabiskan makanan yang disediakan.
Ada pula aturan-aturan lain seperti seseorang hanya boleh mengambil apa yang ada di hadapannya, duduk bersila untuk pria dan duduk bersimpuh untuk wanita. Saat makan, ketika tangan kanan menyuap nasi tangan kiri harus sudah ada dibawahnya guna menghindari tercecernya nasi ke dalam piring.
Tak hanya melestarikan budaya Minang, tradisi makan bajamba punya banyak manfaat lain. Mulai dari belajar menghormati yang lebih tua, memupuk kebiasaan berbagi, dan menerapkan sunnah-sunnah Nabi Muhammad dalam ritual makan bersama.
(adr/odi)