Di China dan Indonesia, cakue biasa disantap sebagai pendamping bubur. Tapi ada banyak juga penjual cakue yang membuatnya untuk disantap begitu saja sebagai camilan.
Cakue atau Yu Tiao terbuat dari tepung terigu yang diberi bahan pengembang baking powder dan soda kue. Adonan harus didiamkan selama 4 jam atau lebih. Setelah itu adonan digilas lalu dipotong-potong ukuran 5x3 cm.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Rasanya gurih dan asin dengan teksturnya empuk renyah. Mudah disobek jadi dua bagian. Cakue biasanya dicocol saus sambal cuka berwarna oranye. Saus ini punya rasa pedas segar. Sehingga berpadu enak dengan cakue.
Umumnya pedagang cakue juga ikut menjajakan makanan lain. Seperti kue bantal yang empuk manis. Kue bantal bentuknya segi empat dan biasanya ditaburi wijen.
Karena kedua makanan ini dibuat dari adonan terigu yang perlu didiamkan beberapa jam, umumnya adonan mentah dibawa oleh pedagang. Adonan dipotong-potong dan digoreng langsung di tempat jualan. Ini untuk menjaga cakue tetap renyah dan hangat saat dimakan.
Gerobak penjual cakue tersebar dimana-mana. Mulai dari sekolah hingga pasar. Bentuk gerobak dorongnya ada yang memakai kayu atau aluminium layaknya penjual martabak.
![]() |
Ada penjaja yang menyebut sebagai cakue Medan, ada pula yang menyebut cakue Surabaya. Meskipun bentuknya sama. Yang sedikit berbeda hanya saus cocolan.
Salah satu penjaja cakue di kawasan BSD yang sempat Detikfood temui, berjualan cakue memakai gerobak aluminium yang tampak cukup rapi.
Selain cakue, pedagang itu juga menjual kue bantal dan pisang goreng tepung. Baik cakue dan kue bantal masing-masing dijual seharga Rp 3.500.
Ia berjualan dari pagi hari sampai makanan habis. Tapi biasanya menjelang siang, gorengan tersebut sudah ludes diburu pembeli! (msa/odi)