Negara multikultur seperti Singapura mendapat banyak pengaruh dari budaya negara lain seperti India. Hal ini tercermin salah satunya dari kepopuleran nasi biryani.
Sajian berbahan nasi basmati ini dibuat Islamic Restaurant sejak 1921 atau 95 tahun lalu. Berawal tahun 1800-an banyak pedagang kaya dari Timur Tengah berbisnis di Singapura. Mereka membangun rumah di Kampong Glam yang ada di area Arab Street dan North Area. Termasuk keluarga Alsagoff yang turut mengajak juru masak mereka, Mr. M. Abdul Rahiman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dari sekian banyak hidangan enak yang dibuat Rahiman, keluarga Alsagoff rupanya paling menyukai nasi biryani atau beryani. Mereka kerap menyajikannya pada tamu penting seperti pejabat Inggris yang berkunjung ke kediaman Alsagoff.
Singkat cerita, tahun 1921 Rahiman memutuskan membangun restorannya sendiri setelah mengetahui banyak orang menyukai nasi biryani buatannya. Restoran inipun bertahan hingga sekarang dan dikelola generasi ketiga.
"Resep nasi biryani yang digunakan sekarang masih sama seperti dulu. Kami menjaga keasliannya," ujar Matthew, generasi ketiga pengelola Islamic Restaurant saat berbincang dengan detikFood (22/7).
Untuk mempertahankan kualitasnya ia selalu menyajikannya segar setiap hari. Juga mendatangkan beberapa chef langsung dari India. "Dulu kami mengimpor beberapa rempah dari sana, tapi sekarang banyak rempah khas India sudah tersedia di Singapura. Jadi kami menggunakannya," ungkapnya.
![]() |
Mampir ke restoran ini bersama Singapore Tourism Board (STB), detikFood berkesempatan mencicip Chicken Beryani dan Mutton Beryani yang jadi menu andalan.
Nampak nasi basmati berwarna kuning keoranyean menutupi daging ayam dan domba yang jadi isian. Ada acar mentimun dan saus tomat pedas asam (maraq) yang jadi pendampingnya.
Hmmm! Tak salah banyak orang menyukai nasi biryani ini. Nasinya berbulir panjang begitu empuk Ciri khas beras basmati, berbulir panjang, meski terlihat pera tetapi pulen saat dikunyah. Sementara aroma klabet, kunyit dan rempah lainnya terasa pas.
Daging ayam dan dombanya pun begitu gurih dan lembut. Tanpa mengeluarkan aroma daging yag terlalu kuat. Ini sepertinya karena daging ini dimatangkan dengan cara 'slow cooking'.
![]() |
Menu dengan porsi cukup besar ini dijual masing-masing seharga 11 SGD atau sekitar Rp 106.000. "Dalam sehari kami menjual ratusan hingga ribuan porsi nasi biryani. Kalau ada pesanan besar, kami bahkan bisa membuat 14.000 porsi biryani sehari," tambah Matthew.
Usaha Islamic Restaurant kini makin berkembang. Di bawah pengelolaan Matthew, restoran kini punya divisi katering, divisi layanan pengiriman makanan 'Dial-a-Beryani,' divisi biryani untuk sarapan, dan restoran fine dining. Juga Cooking Academy yang membuka kesempatan siapapun untuk belajar hidangan Timur Tengah.
Banyak pejabat dan tokoh politik ternama sering mampir ke Islamic Restaurant. Seperti PM Najib Razak dari Malaysia, Sultan Brunei, Sultan Johor, dan Sultan Perak.
Tahun ini Islamic Restaurant juga masuk daftar Singapore Restaurant Month yang berlangsung selama Juli 2016. Mereka menyajikan inovasi nasi biryani sehat dengan kalori tak lebih dari 500 per sajian.
Tertarik mencicip? Pastikan Anda mengunjungi restoran halal ini saat ada di Singapura. Lokasinya berada di 745 North Bridge Road, Kampong Glam Heritage Area. (msa/odi)