Kurangi Makanan Palsu, China Perlu Manfaatkan 'Big Data'

Kurangi Makanan Palsu, China Perlu Manfaatkan 'Big Data'

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Senin, 11 Jul 2016 15:00 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Jumlah makanan palsu dan tercemar di China sangat banyak. Masyarakat China hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut untuk mencari makanan aman.

Xinhua (10/7) melaporkan para pejabat dan praktisi terkait menilai keadaan tersebut tidak bisa didiamkan. China perlu menggunakan lebih banyak pendekatan ilmiah dan mahadata (big data) untuk atasi masalah keamanan pangan.

Seperti diketahui kini China sedang 'dibanjiri' sayuran berkualitas buruk. Banyak pihak menganggap hal ini sebagai indikasi gangguan buatan terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Gubernur Guizhou, He Li berbicara mengenai hal tersebut dan tren seputar keamanan pangan lainnya di Konferensi Tahunan Eco Forum Global pada Minggu (10/7) di ibukota provinsi Guiyang. Ia mengatakan warga China kurang mendapat informasi atau menerima informasi menyesatkan soal keamanan pangan.


"Ketika saya masih kecil, kue berbentuk buah peach sedang tren. Kami semua menyukai dekorasi kecil berwarna merah yang ada di atas kue. Dekorasi tersebut sebenarnya penuh bahan aditif, tetapi warga China saat itu menganggapnya sebagai tanda industrialisasi dan hal baru," ujar He.

Meski begitu, ia menambahkan seiring waktu banyak masyarakat China mulai menghindari bahan aditif. Tetapi banyak juga yang masih menggunakannya sebagai pengawet.

He menjelaskan, "Mahadata bisa digunakan untuk meredakan kekhawatiran publik." Guizhou selaku pelopor mahadata ekonomi di China mengatakan pemanfaatan mahadata memungkinkan konsumen mengakses data inspeksi makanan dengan ponsel mereka.

Mahadata atau big data sendiri adalah data dengan ciri berukuran sangat besar, sangat variatif, sangat cepat pertumbuhannya, dan mungkin tidak terstruktur sehingga perlu diolah khusus dengan teknologi inovatif. Pemanfaatan data ini memungkinkan seseorang mendapat informasi yang mendalam sehingga membantu pengambilan keputusan yang lebih baik.


Sebelumnya, konsumen di China perlu membuka situs resmi badan pengawas keamanan pangan untuk mengecek keamanan sebuah produk. Tetapi semua informasi keamanan pangan kini bisa diakses dengan aplikasi Shi-An-Ce. Hanya dengan memindai (scan) kode bar, maka semua data yang tersedia pada produk tersebut bisa diakses.

Data mencakup laporan inspeksi dari badan pengawas keamanan pangan. Konsumen atau pengguna juga bisa mengirimkan permintaan inspeksi sebuah produk. "Kami harap software ini bisa membantu mengatasi permasalahan keamanan pangan," ujar Teng Jiacai, Wakil Direktur China Food and Drug Administration (CFDA).

Menurut Jiacai, CFDA telah membuat semua laporan inspeksi terbuka bagi publik sejak 2014. Inspeski meliputi jutaan produk makanan yang tersedia di pusat perbelanjaan, supermarket, mini market, dan toko-toko kecil.

"Selanjutnya kami akan mengintegrasikan data pemeriksaan makanan dan obat dari otoritas lokal dengan data dari departermen pertanian dan bea cukai terbuka bagi publik. Jadi, ini akan meningkatkan mekanise pengawasan keamanan pangan," tutur Jiacai.


Masalah keamanan pangan menjadi perhatian utama di China. Konsumen kerap kali menemukan produk kedaluwarsa yang masih dijual, pelayanan buruk, serta penggunaan pestisida atau residu obat hewan di produk makanan. Hal tersebut disampaikan Qiu Baochang, Wakil Presiden Eksekutif Beijing Consumers Rights and Interests Protection Law Society.

"Ironisnya, beberapa konsumen menuntut produsen mengenai hal ini hingga ke pengadilan," ujar Qiu.

Undang-undang Keamanan Pangan di China menetapkan mereka yang terbukti bersalah oleh pengadilan akan dikenai denda beberapa kali lebih tinggi dari harga jual. Meski begitu, masih banyak produsen nakal yang menjual produk tidak aman.

Selain aplikasi Shi-An-Ce, Guizhou juga mengembangkan platform mahadata keamanan pangan. Dioperasikan Guizhou Academy of Testing and Analysis, Food Safety Cloud melibatkan lebih dari 20.000 perusahaan dan ratusan lembaga pengujian. Sejak 2014, platform ini telah mengumpulkan data 35.551 produk.

Penggunaan mahadata dinilai berisiko oleh Zhang Laiwu selaku Ketua China Society of Soft Science. "Ketika Anda memiliki sejumlah besar data, maka kemanan dan kehandalan menjadi perhatian utama," ujar Laiwu.

Pada Eco Forum Global, puluhan produsen makanan menandatangani proposal integritas. Bersamaan dengan didirikannya aliansi kredibilitas nasional oleh pihak ketiga yang mengurusi pengujian dan analisis keamanan pangan.

Teng Jiacai mengatakan kekuatan mahadata terletak pada potensinya menetaskan ide-ide bisnis dan solusi baru. "Bukan hanya untuk kontrol keamanan tetapi juga pertanian modern," pungkasnya.

(adr/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads