Menurut penelitian yang dipublikasikan secara online dalam Journal Nature Climate Change, perubahan iklim telah menciptakan kondisi yang optimal untuk pematangan awal buah anggur di Eropa Barat, terutama Prancis.
![]() |
Dulu, suhu tinggi sepertinya hanya datang dengan kondisi kekeringan. "Namun beberapa tahun terakhir ini menurut penelitian, pemanasan dari gas rumah kaca antropogenik dapat menghasilkan suhu tinggi yang diperlukan untuk panen lebih awal tanpa kekeringan," tutur Benjamin Cook, seorang ilmuwan iklim dan NASA Goddard Institute untuk studi luar angkasa di New York City dalam The Daily Meal (23/03).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini bisa menghasilkan kualitas wine yang tinggi," jelas Cook. Namun, ia mengatakan bahwa kondisi wine yang sempurna ini mungkin tidak bertahan lama.
Dilansir dalam NPR (21/03), pemanasan global tentu pernah membawa banyak berita buruk bagi pembuat wine sebelumnya. Tergantung dari cuaca daerah, perubahan iklim dapat meningkatkan atau memperburuk kondisi panen. Misalnya, di California suhu tinggi ditambah dengan kekeringan. Perubahan ini bisa membuat daerah seperti Napa dan Sonoma terlalu panas untuk menghasilkan anggur berkualitas tinggi.
![]() |
Penelitian terakhir yang diterbitkan dalam Proceedings Journal dari National Academy of Sciences pada tahun 2003, menunjukkan bahwa pemanasan global akan mengonfigurasi ulang wilayah penghasil wine global, memprediksi bahwa kebun-kebun anggur pada daerah yang sama dengan California harus pindah ke daerah yang lebih tinggi untuk menghindari panas yang dihasilkan dari perubahan cuaca ini.
Kekeringan di negara bagian telah sangat dipengaruhi pembuat wine lokal dan memaksa mereka banyak mengandalkan teknologi baru, seperti drone deteksi cuaca untuk memantau pertumbuhan tanaman. Di sisi lain, hujan berkepanjangan dan kondisi cuaca tak terduga karena El Nino juga dapat memiliki dampak negatif pada perkembangan tanaman. (lus/odi)