Seperti diberitakan New York Times (20/08/15), Aubert di Villaine selaku pemilik Domaine de la Romanee-Conti mengaku senang karena UNESCO akhirnya memberikan status world heritage pada kebun anggur. “Setelah bertahun-tahun melakukan penelitian, bekerja keras, dan berjuang, akhirnya saat ini tiba. Rasanya seperti lahir kembali,” ujar Villaine.
Untuk merayakannya, ia mengundang beberapa pewarta di Prancis untuk menikmati salah satu koleksi wine termahalnya, Romanee-Conti Burgundy. Minuman ini biasanya dijual 13.000 dollar (Rp 179 juta) per botol dan hanya diproduksi 4500-6000 botol per tahunnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Villaine, pengakuan UNESCO terhadap kebun anggur ini adalah hal penting. Kebun-kebun anggur sudah mulai ditandai para biarawan sejak abad ke-4. Tiap kebun anggur memiliki sejarah dan identitas sendiri, mulai dari kualitas tanahnya, formasi batu di dalam tanah, serta kandungan mineral didalamnya.
Pengakuan ini juga sekaligus menunjukkan pada dunia bahwa wine berkualitas baik hanya dapat diproduksi dengan kombinasi sempurna antara cuaca, geologi, dan sejarah yang disebut terroir.
“Kebun anggur menentukan karakter unik dari sebuah burgundy. Ini seperti representasi dari kecerdikan manusia yang patut dilestarikan. Bagi saya, yang terpenting adalah para penikmat burgundy terinspirasi dari sesuatu yang kuno, berharga, dan unik di tangan mereka,” tutur Villaine.
Selama beberapa dekade, negara penghasil wine seperti Amerika Serikat dan Australia seolah 'menenggelamkan' terroir di Prancis. Pengakuan UNESCO ini seolah memberi tambahan manfaat untuk kebun anggur di Prancis berupa penunjukkan wilayah Beaune sebagai ibu kota burgundy.
Usaha yang dilakukan Villaine untuk mendapat pengakuan UNESCO antara lain bekerja sama dengan 30 spesialis wine dan menerbitkan 600 halaman buku ilmiah yang berisi sejarah wine berjudul The Climats of Burgundy.
(adr/odi)