Berada sekitar 10 meter dari Stasiun Manggarai, Mang Bagol membuka warungnya mulai pukul 5 sore hingga 12 malam. Warung ini berupa tenda pinggir jalan yang menempati sisian trotoar.
“Saya membuka warung ini sejak tahun 1980-an. Lokasi sebelumnya tak jauh dari sini tepatnya depan musola. Namun karena itu tempat keluar masuk kendaraan, akhirnya saya pindah ke sini,” tutur sang pemilik, Gunawan kepada detikFood (24/07) di Jalan Manggarai Utara 2.
Selain dekat Stasiun Manggarai, pria yang akrab disapa Gugun ini membuka cabang lain di daerah Rancamaya, Ciawi, Bogor. Menu yang ditawarkannya antara lain nasi goreng serta mie, bihun, dan kwetiauw dalam pilihan goreng atau kuah.
“Sebenarnya masih ada cap cay dan fu yung hai, tapi hari ini bahan-bahannya lagi kosong karena istri sakit. Biasanya kita berdua belanja bahan-bahan di dua tempat. Belanjanya di Pasar Bukit Duri atau yang lebih lengkap lagi di Pasar Rumput,” tutur Gugun yang memasak sendiri semua menunya.
Salah satu menu favorit, nasi goreng gila dibandrol Rp 15.000 saja per porsi. Karena sangat banyak, menu ini bisa dinikmati 2 hingga 3 orang. Isian nasi goreng meliputi sosis, telur, ayam, ati ampela, dan telur. Disajikan dengan pelengkap acar dan kerupuk yang membuat rasanya makin enak.
Tingkat kepedasan nasi bisa dipilih seperti tidak pedas, sedang, atau pedas. Gugun pun akan menyesuaikan racikan bumbunya.
Gugun bercerita, “Dalam sehari saya bisa ngabisin 8 liter beras. Kalo mie itu sekitar 10 bungkus. 1 bungkusnya dibuat jadi 3 porsi, berarti sekitar 30 porsi mie yang terjual.”
Warung Mang Bagol memang tak besar, namun bisa menampung sekitar 8 pengunjung yang ingin bersantap di tempat. “Enak ya nasi goreng gilanya. Bumbunya berasa pas, isiannya juga gak pelit. Apalagi harganya murah jadi saya bisa makan bareng temen,” cerita Syifa, salah satu pengunjung kepada detikFood.
(lus/odi)