Persoalan limbah makanan kini dialami banyak negara. Minggu lalu (22/09), PBB melalui Sustainable Development Summit menargetkan pengurangan jumlah limbah makanan hingga 50%.
Seperti diberitakan Fox News (01/10), pertemuan PBB bertajuk Sustainable Development Summit dihadiri 193 negara dunia. Dalam agenda Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development dicanangkan 17 tujuan, 169 target, dan 304 indikator untuk diukur.
Rencana tersebut termasuk mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, menjamin keamanan pangan dan peningkatan gizi, meningkatkan ketahanan pangan, meningkatkan kesehatan individu di setiap umur, menyediakan lingkungan yang bersih, hingga menjamin ketersediaan energi untuk generasi mendatang.
Dalam poin 12 agenda PBB tersebut tercantum tujuan “Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.” Tujuan ini secara langsung dialamatkan pada negara-negara maju untuk mengurangi jumlah limbah makanan hingga 50% dari total saat ini, dalam waktu 15 tahun ke depan atau hingga akhir 2030.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dana Gunders, peneliti di NRDC meyakini terlalu banyak orang di dunia kelaparan. Sementara itu, pada saat yang sama banyak orang juga membuang makanan.
“Sumber daya yang ada di dunia ini terlalu langka untuk disia-siakan. Untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, warga dunia perlu berkomitmen serius untuk menjalankan perannya masing-masing demi terciptanya pasokan pangan global di masa mendatang,” tutur Gunders.
Sebagai data, survei American Chemistry Council (ACC) tahun 2015 mengungkapkan tiap rumah tangga di Amerika Serikat membuang makanan senilai 640 dollar atau sekitar Rp 8,5 juta per tahun. Sementara itu, tiap tahun rumah tangga di Inggris membuang sekitar 6 juta ton sayuran, buah, dan sereal yang masih layak konsumsi. Bila dihitung per orang, tiap warga Inggris membuang 80-110 kg limbah makanan.
Sedangkan untuk rumah tangga di Jerman, Belanda, dan Denmark jumlahnya antara 40-60 kg per orang per tahun.