Kepala ikan banyak disajikan di wilayah Asia seperti Tiongkok dan Indonesia serta Jamaika. Di Indonesia masyarakat Sumatra Barat, Medan, dan Aceh mengolah kepala ikan menjadi gulai dengan berbagai rempah dan bumbu sedap.
Dari beberapa daerah di Sumatra, racikan rasa pedas dan gurih selalu menjadi ciri khasnya. Di Sumbar gulai kepala ikan biasanya menggunakan kepala ikan dari kakap merah dan ikan kerapu. Karena ikan ini tebal dagingnya. Sebelum dimasak, ikan kakap terlebih dahulu dilumuri air jeruk nipis untuk menimalisir bau amis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Masyarakat Minang itu seglala sesuatu dipikirkan dan mempunyai makna dan alasan. Mata itu adalah kehidupan dan jendela hati sehingga bijaksananya kita menyantap ikan tidak dengan menampilkan wajah dan mata ikan menghadap keatas, secara teknis akan lebih menarik melihat daging ikan di dalam daripada bagian mata di luar,” tutur Chef Adzan Budiman selaku culinary advisor film Tabula Rasa kepada DetikFood (18/09/2014).
Pernyataan sama juga diutarakan oleh Reno Andam Suri, wanita kelahiran Padang yang menuliskan buku Rendang Traveler. Di restoran Minang, sebagian besar menyajikan gulai kepala ikan yang sudah dibelah membujur, karena dahulu orang menganggap mata adalah jendela jiwa.
Gulai kepala ikan pastinya tak lengkap tanpa racikan bumbunya yang kental gurih. Bumbu halusnya meliputi bawang, cabai, tomat, kunyit, ketumbar, dan jahe untuk warna gulai yang kuning. Tambahan serai, daun kunyit, daun jeruk, dan lengkuas menambah aroma sedap gulai.
Bumbu ditumis dengan santan lalu kepala ikan pun dimasukkan. Tak perlu waktu lama, ikan yang dimasak sebentar langsung bisa dinikmati bersama sepiring nasi hangat. Jika tidak ingin repot memasak gulai kepala ikan, beberapa restoran di Jabodetabek juga menyajikan hidangan ini, diantaranya Rumah Makan Padang 'Lembah Anai', Padang Express, dan Rumah Makan 'Bahagia' Padang-Medan .
(dni/odi)