Otak sapi dikonsumsi di Indonesia, Pakistan, Meksiko, El Salvador, Amerika Serikat, Portugal, Spanyol, Italia, dan Prancis. Organ sapi ini digemari karena bertekstur lembut dan sangat gurih.
Di Sumatera Barat, otak sapi dimasak menjadi gulai banak alias gulai otak. Otak sapi mentah dicuci bersih, dikukus atau direbus, dibuang kulit arinya, dan dipotong-potong terlebih dahulu sebelum dimasak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bedanya, gulai otak menggunakan asam kandis dan daun mangkokan yang dirajang halus untuk mengurangi bau amis otak sapi. Hasilnya adalah hidangan perpaduan otak yang gurih lembut dengan kuah gulai yang kental berbumbu. Lamak bana! Resepnya bisa dicek di sini.
Walau lezat, banyak orang menghindari hidangan ini saat bersantap di rumah makan Minang. Sebab, setiap 100 gram otak bisa mengandung 3.100 mg kolesterol atau lebih dari 10 kali lipat batas harian yang disarankan menurut Program Edukasi Kolesterol Nasional Amerika Serikat.
Bagaimanapun juga, menurut situs Self Nutrition Data, di dalam 100 gram otak sapi terdapat 11,7 gram protein (23% dari anjuran harian) yang berguna bagi otot serta 1 gram DHA yang membantu menjaga fungsi otak.
Otak sapi juga banyak mengandung selenium (21,8 mikrogram, 31% dari anjuran harian) dan tembaga (0,2 mg, 11% dari anjuran harian) per 100 gram. Selenium menjaga kesehatan jaringan tubuh dengan mencegah kerusakaan akibat radikal bebas, sedangkan tembaga membantu sel-sel tubuh memproduksi energi.
Vitamin B5 dan B12pun banyak terkandung dalam otak sapi. Vitamin B5 (1,2 mg, 12% dari anjuran harian) berperan dalam metabolisme dan produksi hormon. Sementara itu, 10,1 mikrogram vitamin B12 dalam otak sapi yang melebihi rekomendasi harian (168%) berperan dalam kesehatan sistem saraf dan membantu pembentukan sel darah merah baru.
Jadi, jika tak ada pantangan, menyantap gulai otak boleh saja asal sesekali dan tak berlebihan. Disantap dengan nasi putih hangat, alamak nikmatnya!
(dni/odi)