Di Diamante, Italia, tiap tahun digelar marathon makan cabai sebagai bagian dari ajang tahunan Peperoncino Festival (Festival Cabai). Tahun ini, acara dilaksanakan pada 10-14 September.
Peserta harus menghabiskan sebanyak mungkin cabai yang dirajang halus dan ditakar seberat 50 gram per piring. Mereka tak boleh minum. Hanya roti dan minyak zaitun yang boleh dimakan untuk sedikit meredakan lidah yang terbakar. Juri dan tim dokterpun mengawasi mereka dengan seksama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juaranya mendapat gratis seminggu menginap di hotel setempat untuk dua orang plus supir pribadi yang menjemput mereka dari bandara. "Seperti bintang rock," kata Maurizio Capocchiano yang merasakannya sendiri usai memenangi kejuaraan tahun lalu.
Kala itu, ia berhasil menghabiskan 560 gram diavolili, cabai berjuluk 'setan kecil' yang disebut-sebut cabai terpedas di Italia. Tahun ini, ia menargetkan mengalahkan rekor 800 gram cabai segar.
Dengan bangga, Capocchiano bercerita bahwa ia sudah makan cabai sejak kecil. "Saya dulu disapih cabai. Ibu menaburkannya di botol susu agar saya tak menyedotnya," katanya. Kini, ia memberikan banyak saus tomat pedas di pastanya, bahkan terkadang di tehnya.
Capocchiano menuturkan kendala yang biasa dialami saat mengikuti lomba tersebut. "Lidah atau tenggorokan yang terbakar tak selalu menghentikan Anda. Bagian yang sulit adalah membuat perut menerima semua cabai itu karena cabai menghasilkan cairan lambung. Butuh banyak meditasi agar cabai bisa disimpan di perut," tuturnya.
Hal ini dirasakan Giovanni Polimeni, mantan juara yang terpaksa berhenti ikut Marathon Makan Cabai karena efek samping yang ia rasakan di kejuaraan tersebut tahun lalu.
"Saya ingin mengalahkan rekor yang ada, jadi di menit pertama saya melahap tiga piring cabai sekaligus. Usus saya mulai bermasalah dan saya harus melambat," kenangnya seperti ditulis CNN (08/09/2014). Kini, ia hanya makan cabai sesekali.
Selain itu, menurut Caphocciano, kendala yang dihadapi saat ikut lomba makan cabai adalah biji cabai bisa tersangkut di gigi. Hal ini membuat para peserta berhenti dari marathon dan mencari tusuk gigi.
Menurut Enzo Monaco sebagai penyelenggara, festival ini juga diikuti peserta asing. "Aneh sekaligus menyenangkan melihat orang-orang memenuhi mulut mereka dengan cabai, wajahnya jadi memerah, lalu tampak sangat tersiksa," ujarnya.
(lus/odi)