Pesta Pernikahan a la Betawi, Wajib Ada Sayur Besan dan Roti Buaya

Ulasan Khusus: Kuliner Betawi

Pesta Pernikahan a la Betawi, Wajib Ada Sayur Besan dan Roti Buaya

- detikFood
Rabu, 18 Jun 2014 18:56 WIB
Foto: Wikipedia
Jakarta - Pernikahan adat Betawi tradisional melibatkan serangkaian prosesi panjang. Beberapa tahapnya melibatkan makanan khas Betawi yang melambangkan harapan, seperti sayur besan dan roti buaya.

Dulu, di masyarakat Betawi tradisional, orangtua pengantin pria baru boleh berkunjung ke rumah orangtua pengantin wanita setelah pesta pernikahan selesai digelar. Keluarga dari pihak lelaki akan membawa sayur besan untuk diberikan kepada keluarga si perempuan.

Sayur besan berbahan utama terubuk (Saccharum edule), sejenis tebu yang dikonsumsi bunganya. Bunganya tertutup kulit dan bagian dalamnya yang lonjong putih berbutir-butir seperti telur ikan. Terubuk cocok diolah menjadi sayur bersantan seperti sayur besan.

Selain terubuk dan santan, sayur besan juga menggunakan kentang, bihun atau suun, dan petai. Sayur ini dijadikan antaran untuk besan karena butir-butir terubuk yang menyatu menjadi bonggol melambangkan dua keluarga yang menyatu dalam ikatan kekeluargaan lewat perkawinan.

Selain sayur besan, makanan wajib lain dalam pernikahan adat Betawi adalah roti buaya. Orang Betawi percaya bahwa buaya adalah hewan yang setia dengan satu pasangannya, sehingga roti buaya dianggap melambangkan kesetiaan.

Buaya juga menjadi simbol kesabaran karena hewan ini sabar mengintai dan menunggu mangsanya. Selain itu, ada pula yang menilai buaya sebagai perlambang kejantanan dan roti sebagai perwakilan kestabilan ekonomi.

Dodol juga jadi antaran wajib pada pesta pernikahan Betawi. Teksturnya yang lengket menyiratkan harapan pasangan pengantin akan selalu lengket sampai maut memisahkan.

Setelah akad nikah, rombongan dari pihak lelaki kembali ke rumah. Pihak perempuanpun membekali mereka dengan bermacam-macam hidangan, seperti ayam bekakak, pesmol, semur daging, serundeng, opor ayam, ketan kuning, serta kue talam udang, pepe, dan bugis.

Selain pada pesta pernikahan, rangkaian prosesi perkawinan sebelumnya juga melibatkan makanan. Keluarga pihak pria membawa 2-3 sisir pisang, empat potong roti tawar, sirih lamaran, serta beberapa macam buah untuk menghormati keluarga pihak perempuan saat acara lamaran.

Saat lamaran sudah diterima, pihak lelaki mengantarkan kue dan buah ke rumah pihak perempuan. Keluarga si gadis lalu membalas dengan memberikan nasi dan lauk-pauk. Kekudang, alias makanan kegemaran si gadis, juga diberikan oleh calon pengantin pria.

Makanan yang diberikan keluarga pria ke keluarga wanita bisa dibilang paling banyak saat acara seserahan, sehari sebelum upacara perkawinan. Pihak pemuda membawakan beras, daging, ayam, kambing, sayur, bumbu, dll untuk diolah menjadi hidangan pesta keesokan harinya di rumah si perempuan.

Nasi jotan juga disiapkan sehari sebelum akad nikah digelar. Hidangan ini terdiri dari nasi putih dan aneka lauk seperti ikan (bandeng atau tenggiri), ayam, daging, serundeng, acar, dll. Semua makanan tersebut ditempatkan di wadah kotak yang besarnya disesuaikan dengan jumlah orang yang menerimanya.

Uniknya, nasi yang dikirimkan kepada tokoh masyarakat dan kerabat yang dituakan ini juga berfungsi sebagai undangan. Sambil mengantarkan nasi jotan, perwakilan keluarga pengantin akan mengutarakan maksud kedatangannya yakni untuk mengundang ke resepsi pernikahan.


(fit/odi)

Hide Ads