Pernah mencoba grontol? Camilan ini berupa jagung pipil yang disajikan dengan kelapa parut. Biasanya diberi gula pasir, kinca, atau garam bagi yang lebih suka asin. Jagung yang padat mekar bercampur dengan gurih kelapa parut dan manis-renyah gula pasir, jadi jajanan yang bikin kangen!
Jagung yang dipakai tak sekadar direbus atau dikukus seperti camilan jagung manis modern. Jagung pipil direbus dengan air kapur sirih agar kulit biji jagungnya pecah. Setelah air rebusan dibuang, biji jagung dicuci dengan tangan untuk membuang kulitnya.
Biji jagung kemudian direbus lagi dengan air bersih hingga mekar dan matang. Jadilah jagung pipil rebus yang tampak lebih besar dan bertekstur agak padat. Setelah dicampur dengan kelapa parut, gula pasir, kinca, atau garam, siap dinikmati!
Grontol bisa ditemui di Jawa Tengah, seperti di Pasar Gede Harjonagoro, Solo. Di sana, biasanya jagung yang digunakan berwarna putih dan disajikan di wadah daun pisang dengan sendok janur. Di Jawa umumnya grontol hanya dimakan dengan taburan kelapa parut dan sedikit garam.
Di Jakarta juga kadang-kadang ada, dijajakan dengan gerobak atau sepeda. Grontol terkadang dijual bersama jajanan tradisional lainnya, seperti cenil, tiwul, gatot, ciwel, dan getuk. Seporsi grontol dijual dengan harga Rp 3.000-5.000.
Kalau kangen grontol namun susah mencarinya, buat saja sendiri di rumah. Namun, karena jagung dan kelapa parut mudah basi, sebaiknya buat secukupnya saja. Agar lebih tahan lama, kelapa parutnya bisa dikukus.
Jagung, kelapa parut, dan gulanya juga sebaiknya dipisah dan baru dicampur saat akan dimakan. Hal ini untuk mencegah grontol berair atau terbuang semua ketika ada salah satu bahan yang basi. Kalau tak langsung habis, simpan di kulkas dan kukus ketika akan disantap.
(fit/odi)