Jauh sebelum hari Valentine sendiri tercipta, bangsa Maya dan Aztec sudah mengenal tradisi memberi cokelat. Hal ini dimulai lebih dari 2000 tahun lalu saat cokelat pertama kali ditemukan di Amerika Latin.
Dilansir dalam Gourmet Live (11/02/2014), zaman dahulu, para petinggi Maya dan Aztec mencampurkan biji kakao dengan air untuk menciptakan minuman cokelat. Minuman ini dibuat untuk perayaan spesial seperti pernikahan dan hadiah untuk dewa.
Pemimpin Aztec, Montezuma percaya cokelat adalah bahan makanan afrodisiak dan secara rutin meneguknya sebelum datang ke kamar para selir. Hal ini semakin meningkatkan popularitas cokelat dan menghubungkannya dengan cinta.
Kepercayaan tersebut didukung oleh ilmu pengetahuan modern. Banyak penelitian menghubungkan senyawa kimia phenylethylamine dalam cokelat dengan kenikmatan, ketertarikan, dan kesenangan.
Christopher Columbus melihat bagaimana bangsa Aztec memuja produk cokelat. Karena itu ia langsung membawa biji kakao yang dianggap eksotik kepada ratu Isabella di Spanyol. Cokelat mulai meraih popularitas di seluruh Eropa, bahkan karena khasiat afrodisiaknya, cokelat dilarang dikonsumsi para biarawati dan menjadi obat patah hati bagi masyarakat Perancis.
Pada tahun 1800an, Cardbury Brothers membuka cabang pertama di Inggris dan mulai mengemas cokelat dengan kemasan cantik. Tahun 1861, Richard Cadbury pertama kali menciptakan kotak bentuk hati untuk hari Valentine.
Menurut History (11/02/2014) sejak itu, terdapat lonjakan penjualan dan hari kasih sayang ini semakin banyak dihubungkan dengan Cupid dan mawar lalu cokelat ditaruh dalam kemasan bentuk hati. Kemasan cokelat ini semakin mengalami peningkatan popularitas hingga terjadinya perang dunia kedua, konsumsi gula dibatasi dan perayaan hari Valentine dikurangi.
(dni/odi)