Penggalian dilakukan di situs arkeologi bernama Dikili Tash yang berlokasi 1,2 mil dari kota kuno Philipi dan telah dihuni sejak 6.500 SM. Mereka menemukan wadah keramik yang diduga sebagai tempat penyimpanan sari anggur. Tapi, karena proses ribuan tahun tidak lagi ditemukan wine dalam bentuk cairan.
“Yang tersisa dari bagian carian itu adalah residu di permukaan wadah keramik. Analisis residu terbaru menunjukkan adanya kandungan asam sitrat yang mengindikasi telah terjadi fermentasi,” tutur Dimitra Malamidou, selaku co-director penggalian kepada Huffington Post (04/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim peneliti percaya telah menemukan bukti tertua jejak wine di Eropa. “Sejauh ini kita tahu orang sudah mengonsumsi wine sejak zaman perunggu (abad ke 12 sebelum masehi), tapi saat ini kami mempelajari bahwa proses pembuatan wine telah dilakukan jauh sebelum itu, tepatnya 4.200 tahun SM,” tambah Dimitria.
Penemuan ini menjadi bukti penting dalam pra sejarah Eropa dan Yunani dalam hal waktu pembuatan anggur di benua tersebut. Selain itu, penemuan ini menjadi bukti awal pertanian dan diet masyarakat yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka.
Sebelumnya, telah ditemukan pembuatan anggur masyarakat Armenia berumur 6.000 tahun dan minuman alkohol China yang terbuat dari beras, madu, dan buah berumur 9.000 tahun. Penemuan terbaru ini bahkan mengalahkan bukti pemrosesan anggur di Perancis yang dikatakan sudah dilakukan sejak 2.400 tahun lalu.
(dni/odi)