Cronut bukanlah satu-satunya makanan yang menimbulkan fanatisme di Amerika Serikat. Di Los Angeles, 1.000 orang berbaris demi mencicipi ramen burger yang hanya tersedia 500 porsi. Selain itu, ada beberapa makanan lain yang ditunggui para pelanggannya.
"Seperti mendapatkan lencana kehormatan. Mentalitas trofi. Mereka bisa sesumbar pada teman dan keluarga dan mengatakan 'rasanya enak' atau 'rasanya tak terlalu enak'. Mereka jadi punya hak menyombong," ujar Tanya Steel, pemimpin redaksi situs Epicurious.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini strategi lama di bidang pemasaran. Anda ingin menciptakan kehebohan seputar produk edisi terbatas atau menawarkannya sebanyak orang yang menginginkannya?" kata Richard Martin, direktur editorial situs Food Republic seperti dilansir Associated Press (19/09/13).
Pemimpin redaksi majalah Food & Wine Dana Cowin beranggapan bahwa kita menyukai hal-hal yang baru dan cepat berlalu. "Restoran steak enak tak sama dengan restoran steak yang baru dibuka kemarin... Inilah bagian dari pencarian abadi kita akan hal-hal baru," tuturnya.
Tren kuliner di Amerika sudah ada sejak lama. Namun, makanan di era tersebut belum menjadi bagian budaya yang diperhatikan dan diperbincangkan. Kini, kuliner sudah menjadi bagian budaya seperti halnya film dan buku.
"Makanan telah menjadi hiburan. Dulu, orang-orang menerima sesuatu secara pasif dan membeli jika rasanya enak... Kini, makanan telah menjadi bagian besar dari budaya. Jika Anda membawa makanan yang tak memiliki cerita di baliknya, kemungkinan makanan tersebut tak jadi populer," jelas Martin.
Yang membedakan zaman dulu dan era sekarang adalah media sosial. Russ Parsons, editor kuliner di Los Angeles Times, beropini bahwa kata-kata dan tren kini menyebar dengan seketika. "Ada gagasan komunal di dalamnya. Jika Anda ada di sana, Anda termasuk dalam grup yang ikut tren," ujarnya.
Tren Cronut dinilai sebagai salah satu pelaksanaan demokrasi. Makanan yang sudah didaftarkan sebagai hak dagang dan terinspirasi dari pastry Prancis ini bisa dicicipi oleh masyarakat umum, tak hanya kaum elit.
"Tak semua orang bisa ikut mencicipi menu-menu kelas atas. Namun, Anda bisa ikut mengantre donat atau burger. Masyarakat umum bisa turut menjadi pakar dalam percakapan eksklusif," kata Arthur Bovino, editor eksekutif website The Daily Meal.
Bagaimanapun juga, sebagian orang menganggap tren tersebut bodoh. "Baru-baru ini saya harus bangun pukul 04:45 untuk naik pesawat... Namun untuk pastry?" komentar Scott Gold, penulis kuliner di New Orleans, AS, terkait orang yang rela mengantre Cronut sejak pukul 06:00.
Tersiar kabar bahwa Cronut kini telah kehilangan daya magisnya. Sebuah artikel di Eater edisi New York menyebutkan bahwa baru-baru ini Cronut masih tersedia pada pukul 10:00. Kue tersebutpun dengan senang hati dibungkuskan bagi pelanggan yang baru datang.
(fit/odi)