Selama berabad-abad masyarakat di Bolivia tepatnya di area pegunungan Aned telah mengkonsumsi kentang beku bernama chuno. Teknik pembekuan alami yang dilakukan memanfaatkan suhu rendah pegunungan dan panas sinar matahari.
Chuno (baca: CHOON-yo) yang berarti kerutan dalam bahasa Aymara. Teknik ini tidak berubah sejak ditemukan lebih dari 1.500 tahun lalu oleh masyarakat Inca terdahulu. Menggunakan cara tradisional, proses pembuatan sejumlah besar kentang ini pun dilakukan manual oleh beberapa petani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya menginjak-injak kentangnya dengan penuh tenaga, proses ini akan memakan waktu lama. Tapi kami tidak akan lagi kelaparan,” tutur Ramona Bustos, seorang wanita Aymara kepada Associated Press (21/08/2013). Satu kantung chunno dijual dengan harga $10 atau sekitar Rp 106.850.
Chuno menjadi bahan makanan terpenting untuk masyarakat Andes dan saat ini mulai dikenal dunia. Sayangnya, banyak orang tidak terlalu mengetahui Chunno diluar wilayah Bolivia, Peru, Ekuador, Argentina selatan, dan Chili.
(dni/odi)