Meluangkan waktu untuk duduk bersama seluruh anggota keluarga saat makan malam ternyata berdampak baik, terutama bagi remaja. Kesimpulan ini ditarik setelah melibatkan 26.069 orang anak usia 11-15 tahun. Mereka ditanyai tentang seberapa mudah atau sulit bercerita kepada orangtua mengenai hal yang mengganggu mereka.
Para ilmuwan juga mencatat frekuensi keluarga makan malam bersama. Ternyata, hal ini berkaitan erat dengan ketenangan emosional, perilaku prososial, dan kepuasan hidup pada keluarga dengan orangtua lengkap maupun tunggal. Pendapatan keluarga serta umur atau gender anak tak berpengaruh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ternyata, bukan makanan maupun setting makan malam yang penting dalam hal ini. Untuk berkomunikasi dengan efektif, yang diperlukan adalah meluangkan waktu dan ruang. "Saya menduga bukan makanan yang terkait dengan kesehatan mental, melainkan waktu dan kualitas komunikasi keluarga," katanya.
Elgar menambahkan, menyediakan waktu dalam sehari untuk bergabung, merasa didengarkan, dan berbagi perhatian berkaitan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan diri. Pasalnya, saat duduk bersama dan berbagi makanan, kita tak hanya memberi makan mulut. Kita juga memberi makan jiwa melalui percakapan, cerita, dan kenangan.
Biasanya remaja lebih senang asyik sendiri di kamar dibanding makan bersama keluarga. Sebagian dari mereka merasa momen ini menyiksa karena ditanya-tanyai oleh orangtuanya. Makanya, buatlah suasana makan malam lebih menyenangkan dengan saling berbagi cerita. Yuk, mulai sekarang, biasakan makan malam bersama keluarga!
(fit/odi)