Kedatangan para peserta di Gasol pertanian organik disambut mbak Ika Suryanawati bersama keluarga. Nestle Blackcurrant tea dan Nestea Lemon Tea yang dingin, manis dan segar disambut sambil berebutan. Maklum saja udara sangat panas dan tenggorokan terasa kering terus. "Aku mau yang lemon tea mbak!" atau "Aku mau blackcuurant dua ya," teriakan mereka membuat suasana jadi riuh sekaligus akrab.
Rumah kayu yang terletak di pinggir sawahpun langsung dipenuhi peserta, di bagian bawah hingga atas. Sambil menanti nasi disiapkan, daun pisang utuh pun di bentangkan di lantai, sebagai alas makan. Maka pesertapun mengatur diri menjadi barisan rapat berhadapan, persis kayak mau kenduri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya deretan lauk-paukpun mulai diedarkan. Oseng teri, semur jengkol alias jengki, pepes ikan, tahu goring, ayam honje, oseng kangkung, sambal plus lalapan. "Mbak, di sini minta sambal dua tahu satu ya!", "Mau tambah teri dan lalapan dong!" Teriakan para peserta bersahutan membuat acara makan jadi makin seru.
Makan dengan alas daun pisang pakai tangan dengan cara manghibung (makan bersama dalam satu alas) memberi kenikmatan tersendiri. Tak heran dalam hitungan menit lauk-paukpun mulai ludes habis, juga nasi liwetnya! Air mineral Nestle Pure Life pun yang segar jadi andalan untuk meredam rasa pedas sambal cobek. Uh..segaar…
Sebelum tur ke sawah, Mbak Chitra dan Sarikit dari Sahabat Nestle membagi-bagikan 10 voucher hadiah. Ada voucher makan dan ada voucher day spa. Voucher diberikan cengan cara berebut menjawab pertanyaan dari mbak Chitra.
"Apa saja produk Nestle, sebutkan 5 jenis?" demikian pertanyaan yang dilempar. Berkat kegesitan beranjak ke depan. Mbak Inepun berhasil menjawab pertanyaan dengan komplet dan membawa pulang 2 buah voucher. Detikfood juga membagikan 2 buah Stick Blender yang ditarik melalui undian nama. Dua orang pemenang Ibu Dwi Ningsih dan seorang peserta cilik, Laura berhasil membawa pulang hadiah istimewa tersebut.
Ternyata ada beberapa peserta yang tidak ikut tur ke sawah karena tak tahan udara panas. Tur mengelilingi sawah organik yang dipandu mbak Ika dan peserta berjalan beriringan meniti pematang sawah. "Perbedaan utama beras organik dan non organik adalah masa panennya. Beras non organik bisa 3 kali setahun, beras organik maksimal 2 kali," jelas mbak Ika.
Jangan kaget kalau ada yang tidak menyimak penjelasan mbak Ika serius. Pasalnya, mereka asyik berfoto ria dengan caping plus pemandangan hamparan sawah hijau. "Lha, kapan lagi bisa bikin foto cantik di sawah kayak gini," demikian komentar mereka.
Menjelang pukul 3 sore, pesertapun meninggalkan Gasol menuju ke pabrik tauco Ny. Tasma. Pabrik yang lokasinya agak terselip ini berupa halaman yang dipenuhi jajaran guci bertutup berisi tauco yang sedang difermentasi. Di sisi kiri terletak bak-bak porselen yang berisi tauco juga dan di sisi kanan terdapat dapur pemasakan tauco.
Penjelasan singkat membuat para peserta terkagum-kagum. "Ternyata perlu 5 bulan ya buat makan tauco enak," komentar seorang peserta. Di area yang berpemandangan unik ini, peserta juga tak henti-henti berfoto ria. Sementara sebagian sibuk berebut es kelapa muda yang manis dingin. Wah..wah!!!
Dari pabrik tauco, buspun beriringan menuju pabrik moci. Lokasi pabrik yang mungil dan terselip di pinggir jalan kecil tak menghalangi antusiasme peserta. Agaknya pemilik moci BW sudah menyiapkan sambutan. Meja kecil di dekat pintu masuk sudah dipenuhi dengan piring-piring berisi pisang, sirsak, telur gabus, ampyang kelapa, pisang goreng dan tentu saja moci. Dalam hitungan detik aneka sajian tersebut ludes diserbu peserta tur.
Suasana riuh dan ribut pun terjadi di counter penjualan moci dan ruang pembuatan moci. Hasilnya, peserta berjejalan antri membeli moci, dan aneka camilan lain yang dibuat industri rumahan ini. Tas plastik berisi tumpukan keranjang moci, keripik, pisang sale dan lain-lain pun menjadi tentengan mereka. "Wah, saya harus beli moci 5 lagi nih, ini teman saya nitip juga," demikian seorang peserta yang kerepotan mengatur tas belanjaannya.
Acara belanja-belanji ini masih dilanjutkan di kawasan penjual manisan dan tauco. Sengaja peserta diberi waktu untuk memuaskan rasa ingin tahu plus belanja manisan khas Cianjur. Kembali tangan-tangan peserta dipenuhi tas-tas belanjaan. Ya manisan, ya aneka camilan dan kue-kue. Pukul lima sore rombongan bus pun bergerak menuju Jakarta.
Di dalam bus peserta juga tak bisa diam, pasalnya mereka sibuk membenahi belanjaan. Ditambah lagi pembagian tas-tas goodie bag cantik dari Sahabat Nestle yang berisi produk Nestle. Wah, bawaan mereka pun jadi makin lengkap.
Ya teh hitam Walini, beras organik dari Gasol (ayo, ada yang keberatan bawanya ya..), tumpukan keranjang moci, plastik berisi camilan, botol-botol tauco plus bungkusan manisan. Nah, lho kerepotan bukan? Hmm... meskipun capek tetapi peserta tampak puas dan beberapa tertidur saat bus memasuki kawasan Cipanas. Oke, sampai jumpa di tur berikutnya ya! (dev/Odi)