Restoran Oasis yang telah berdiri sejak tahun 1968 tengah merayakan hari jadinya yang ke 40 tahun. Untuk itu mereka sengaja menyajikan menu spesial untuk merayakan hari jadinya sekaligus menyambut datangnya bulan suci Ramadhan yang tinggal menghitung hari.
Dalam sebuah acara promosi kuliner selama bulan ramadhan, Oasis Restaurant mengadakan preview semua jenis masakan khas Indonesia yang telah dimodifikasi tanpa menanggalkan citarasa khas dari daerahnya masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring berjalannya waktu, orang Belanda pemilik perkebunan selalu menambah beberapa jenis masakan untuk memenuhi selera makannya. Dan dari situlah awal sebutan Rijsttafel dipakai sebagai istilah makan besar.
Oasis Resto telah melestarikan tradisi terbaik ini; makanan diletakkan dalam piring porselein kuno, masing-masing dibawa oleh dua belas orang pramusaji wanita yang mengenakan kebaya dan kain batik. Betul-betul dilayani seperti layaknya seorang raja.
"Dan Oasis Restaurant ini adalah salah satu dari beberapa restoran di dunia yang menyajikannya dengan tradisi ini, dan hingga saat ini satu-satunya yang menghidangkan Rijsttafel penuh dengan pesona perayaan," terang Pak Kafi, Managing Partner dari Oasis Resto.
Penjelasan pun berakhir dan makan siang yang telah ditunggu-tunggu pun tersaji. Benar saja, dua belas orang wanita yang mengenakan kebaya tradisional plus kain batik panjang hadir dengan menyunggi berbagai jenis masakan khas Indonesia yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Pak Kafi.
Mulai dari nasi putih, nasi uduk sampai nasi kuning pun dihadirkan. Lauknya pun tak kalah heboh, mulai dari semur telor, ayam bakar, ikan tuna saus kecap, sate ayam dan sate kambing, sambal tempe, rendang daging, sayur godok, serundeng kelapa kacang, sampai dengan rempeyek teri.
Para pelayan berkebaya ini pun mengelilingi meja panjang sambil menawarkan kepada para tamu apakah berminat untuk menu yang mereka bawa. Jikalau tidak berminat pun tidak perlu dipaksakan. Ternyata tidak hanya menu yang dibawa para pelayan itu saja yang disajikan, masih ada Soto Buntut ala Betawi, Rawon kikil dengan cakwe, dan yang terakhir Sate Remas ala Jawa.
Soto Buntut ala Betawi nya sangat spesial, umumnya buntut dijadikan sup tapi kali ini perpaduan antara soto betawi dan sop buntut menjadikannya sangat istimewa. Rawon kikilnya juga tak kalah seru. Rasanya yang tidak terlalu manis dan dipadu dengan cakwe yang telah digoreng kering menghasilkan sensasi rasa yang berbeda.
Yang terakhir, tapi justru ini yang cukup dijadikan andalan OASIS Resto, Sate Remas khas Jawa. Dagingnya sangat empuk dengan rasa yang sangat lezat. Ternyata, daging yang mereka gunakan bukanlah daging import melainkan daging lokal yang konon katanya sangat alot jika dijadikan sate.
Dengan menggunakan teknik 'memijat' daging lokal tadi menjadi sangat empuk, tak lupa saat memijat atau meremas diberikan bumbu-bumbu pilihan agar meresap sempurna kedalam dagingnya. Teknik ini diadaptasi dari Jawa Tengah, oleh karena itu tak heran jika nama menu ini Sate Remas ala Jawa.
"Rencananya ketiga menu tadi tidak saja dihadirkan selama bulan Ramadhan, tapi juga akan terus hadir untuk menu makan siang dan makan malam di Oasis Restaurant," terang Pak Oom selaku General Manager Oasis Restaurant.
Makan siang tak lengkap tanpa dessert, dan ternyata sudah ada dua jenis dessert yang menanti. Yang pertama Ice Cream Vanilla With Avocado and Mocca Sauce dan yang terakhir pisang goreng kenari. Wah..benar-benar dimanjakan layaknya seperti seorang raja! (eka/Odi)