Di Pasar Gede Solo Bisa Ngopi di Toko Podjok yang Eksis 3 Generasi

Di Pasar Gede Solo Bisa Ngopi di Toko Podjok yang Eksis 3 Generasi

Roosita Afrilia Hasna Kusuma, Insi Faiqoh - detikFood
Senin, 03 Jun 2024 14:30 WIB
Kopi Angkring produksi Toko Podjok di Pasar Gede Kota Solo, Senin (20/5/2024).
Foto: Roosita Afrilia Hasna Kusuma
Solo -

Jauh sebelum menjamurnya kafe dan coffee shop kekinian di Solo, ada toko kopi di Pasar Gede yang sudah eksis. Namanya Toko Podjok dengan menu andalan seperti ini.

Toko Podjok punya sejarah panjang karena sudah ada sejak 1945. Awalnya, pemilik toko yang terkenal karena memproduksi produk kopi siap seduh merek Angkring ini menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling.

"Toko Podjok ini dimulai dari engkong saya (Liem A Mee). Tahun 1945 engkong udah jualan, tapi lokasinya nggak di sini. Dulu pakai gerobak, dorong muter sekitar Solo," kata pengelola Toko Podjok, Wendy Mintarja saat ditemui, Senin (20/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti namanya, Toko Podjok berada di sudut Padar Gede sisi barat. Toko ini buka tiap Senin-Sabtu pukul 08.00-15.30 WIB.

"Di sini (buka toko di Pasar Gede) tahun 1964. Terus kena banjir. Setelah banjir kita kembalikan di sini di tempat yang sama," sambungnya.

ADVERTISEMENT
Toko Podjok penjual Kopi Angkring di Pasar Gede Kota Solo, Senin (20/5/2024).Toko Podjok penjual Kopi Angkring di Pasar Gede Kota Solo, Senin (20/5/2024). Foto: Roosita Afrilia Hasna Kusuma

Berawal dari itu, kopi jualan Liem A Mee dikenal dengan sebutan Kopi Angkring yang hingga kini jadi merek produknya. Wendy menjelaskan, Kopi Angkring diolah menggunakan racikan khas kakeknya yang terjaga sejak dulu hingga kini.

"Nggak berubah sampai saya generasi ketiga," ucap dia.

Menurut Wendy, Kopi Angkring diolah dari biji kopi robusta pilihan yang digiling tanpa campuran apa pun. Salah satu alat penggilingnya masih tradisional yang usianya diperkirakan sudah mencapai 45 tahun.

Ada dua kemasan Kopi Angkring. Pertama, kemasan ukuran 250 gram dari kertas yang dilapisi plastik. Harganya Rp 40.000. Kedua, kemasan saset rentengan. Harganya Rp 13.000 per renteng yang terdiri dari 10 saset.

"Kalau ini (kemasan kertas) yang full robusta, (resep) tinggalan dari almarhum (Liem A Mee). Dari awal kemasannya gini (pakai kertas). Terus saya tambahin plastik, karena kan (rawan) sobek ya," ujar Wendy.

Petani menunjukan biji kopi arabika yang sedang dikeringkan di Kaki Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024). Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) memproyeksikan produksi kopi di tahun 2024 turun yang diakibatkan produksi kopi di dataran rendah melemah serta minimnya Ragam biji kopi juga ditawarkan di Toko Podjok, Pasar Gede Solo. Ilustrasi Foto: ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI

Selain menjual Kopi Angkring kemasan, Toko Podjok juga menyediakan tempat bagi pembeli yang ingin langsung menyeruput kopi seduh. Harganya murah, cuma Rp 6.000 per cangkir.

Toko Kopi Podjok tidak hanya menjual produk Kopi Angkring, tapi juga menyediakan kopi robusta, arabica, excelsa, hingga liberica. Berbagai varian kopi dari dalam maupun luar negeri itu dijual menggunakan kemasan standing pouch oleh Toko Kopi Podjok.

"Ada yang dari Aceh, ada yang Sidikalang, Mandailing, Kerinci, Flores, Papua, kan banyak daerahnya, jadi bisa pilih daerahnya terus digiling," kata Wendy.

Toko Kopi Podjok juga menjual berbagai peralatan penyeduh kopi. "Alat ada juga di sini. Ada dripper, filter paper, gilingan," sambung dia.

Artikel ini ditulis oleh Insi Faiqoh dan Roosita Afrilia Hasna Kusuma, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul "Kopi Angkring Pasar Gede Solo Bertahan 3 Generasi, Berawal dari Kelilingan"

(adr/adr)

Hide Ads