Di Lampung ada tradisi kuliner unik bernama nyeruit. Praktik makan bersama dengan menu seruit ini disebut lambang kebersamaan.
Seruit adalah makanan khas Lampung yang cukup terkenal. Berupa ikan goreng atau bakar yang dicampur sambal terasi dan tempoyak yaitu olahan durian.
Menikmati seruit kerap disebut nyeruit. Artinya makan keluarga maupun masyarakat dengan hidangannya berupa seruit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ikan untuk seruit berbeda-beda, seperti belida, baung, dan layis. Adapun tempoyak adalah makanan hasil fermentasi buah durian atau mangga.
Hidangan seruit biasanya disantap bersama nasi, ikan pindang, dan lalapan sayuran. Lalapannya dapat berupa timun, petai, kemangi, kol, dan tomat.
![]() |
Dengan sejumlah lauk yang ada dalam seruit, cita rasanya disebut 'ramai'. Dalam artian, ada rasa pedas, asam, serta asin dalam satu hidangan.
Seruit termasuk kategori makanan berat yang sifatnya mengenyangkan. Karena itu, hidangan ini cocok disantap ketika jam makan utama.
Seruit paling pas dimakan bersama keluarga, teman, maupun masyarakat. Hidangan ini cocok disantap saat acara keluarga, pernikahan, syukuran, maupun acara adat. Itulah mengapa muncul istilah 'nyeruit'.
Masyarakat Lampung percaya bahwa makan seruit sebaiknya tidak disantap sendirian. Melainkan akan lebih nikmat jika dimakan bersama-sama dengan banyak orang.
![]() |
Nyeruit bukan sekadar makanan tapi telah menjadi tradisi dan budaya Lampung. Kegiatan ini dijadikan ajang silaturahmi yang dapat menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan. Di sisi lain, nyeruit dianggap lambang yang menegaskan kebersamaan.
Untuk memakan seruit Lampung, kamu tidak perlu menggunakan peralatan makan seperti sendok, garpu, maupun pisau. Seruit biasanya diletakkan di atas piring dan disantap menggunakan tangan sambil duduk lesehan.
Orang dahulu bahkan memakan seruit secara bersama dengan berwadahkan daun pisang atau satu wadah berukuran besar.
Artikel ini sudah tayang di detiksumbagsel dengan judul "Mengenal Seruit, Makanan Khas Lampung yang Lambangkan Kebersamaan"
(dfl/adr)