Kopi Muria Mendunia, Ditanam di Lereng Gunung Sejak Zaman Kolonial

Kopi Muria Mendunia, Ditanam di Lereng Gunung Sejak Zaman Kolonial

Marcella Rika Nathasya - detikFood
Kamis, 14 Des 2023 14:00 WIB
Curhatan Petani Kopi di Lereng Gunung Muria di Tengah Pandemi
Foto: Dian Utoro Aji
Solo - Kopi muria merupakan produk kopi istimewa dari Kudus. Kopi ini punya sejarah panjang dimana berawal dari masa tanam paksa zaman kolonial. Begini ceritanya.

Kopi muria khas Kudus terkenal dengan aromanya yang wangi dan jejak rasanya yang berempah. Kopi ini ditanam di lereng Gunung Muria, tepatnya di Desa Colo, Lau dan Japan Kecamatan Dawe Kudus.

Keberadaan kopi Muria rupanya sudah ada sejak masa kolonial Belanda. Mengutip Perhutani, sejarahnya berawal tahun 1825 saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Johannes Graaf Van Den Bosch menerapkan kebijakan tanam paksa di seluruh Jawa. Pada tahun 1860, ia membagi seluruh hutan di Pulau Jawa menjadi 13 daerah hutan.

Pada tahun 1910, pemerintah kolonial menghentikan program tanam paksa melalui keputusan Gubernur Jenderal Ned Indie di Bogor Nomor 34 tanggal 24 Juni 1916. Lalu menetapkan wilayah hutan di lereng Muria sebagai kawasan hutan.

panen kopi di lereng muria kudusPetani saat panen kopi di lereng Muria Kudus. Foto: Akrom Hazami/detikcom

Setelah keputusan tersebut diterbitkan, mulai tahun 1920 setiap petani yang memiliki lahan kopi di tanah milik negara diberi hak memungut hasil selama 5 tahun, yang dikenal dengan Koffie Met Plukrecht (KMP). Dalam catatan Perhutani Pati. Pada tahun 1925 KMP dihapuskan, namun ternyata di Colo dan Japan masih ada.

Pada 1942 munculah sengketa tanah hutan di dua desa tersebut, sehingga pada era kemerdekaan, tahun 1972 terbitlah Surat Keputusan Gubernur Jateng Nomor G297/1972.32/82/3. Keputusan tersebut berisi peralihan fungsi hutan di Colo dan Japan yang berfungsi sebagai hutan lindung. Surat itu menetapkan bahwa penggarapan lahan kopi setelah 10 tahun terhitung dari SK tersebut diberlakukan harus meninggalkan hutan.

Selama 10 tahun warga dilarang mengubah, merusak hidrologi, dan tanah di hutan lindung. Pengelolaan oleh penggarap mendasarkan sistem bagi hasil. Namun kini, meskipun banyaknya konflik yang terjadi pada hutan tersebut, kopi muria tetap ada dan menjadi minuman favorit yang mendunia.

Muhammad Ridho saat memproduksi kopi Muria Zayna di rumahnya, Kecamatan Dawe, Kudus, Sabtu (27/5/2023).Muhammad Ridho saat memproduksi kopi Muria Zayna di rumahnya, Kecamatan Dawe, Kudus, Sabtu (27/5/2023). Foto: Dian Utoro Aji/detikJateng

Mayoritas lahan kopi itu ditanami bibit jenis robusta, namun ada juga jenis arabica. Selain itu, variasi kopi khas seperti kopi Gunung Muria sering dijumpai di wilayah ini. Kopi-kopi ini mencerminkan kekayaan rasa dan karakter unik yang berasal dari tanah subur di sekitar Gunung Muria.

Kopi Muria diolah dengan dua cara yaitu cara tradisional dan semi digital. Pengolahan kopi yang semi digital menggunakan alat yang melalui 18 proses. Sementara kopi yang diolah secara tradisional diwariskan turun-temurun.

Memang, biji kopi yang diolah tradisional lebih cepat bau jika tidak segera dikonsumsi. Namun pemerintah Kabupaten Kudus sendiri tetap ingin menjaga cara tradisional dalam rangka melestarikan budaya.

Hingga kini kopi muria sudah dipasarkan hingga ke mancanegara. Hal tersebut tentunya didasarkan oleh satu dan lain hal. Dari perkebunan lereng Muria, kualitas kopi ini tak kalah dengan kopi terkenal lainnya.

Kopi yang merupakan warisan turun-temurun sejak 1908 dibudidayakan dengan baik oleh para petani lokal. Selain memiliki kualitas yang baik, kopi asal Kudus ini juga dikenal akan cita rasa dan aromanya yang khas.

Kopi muriaKopi Muria kini mendunia karena dipasarkan sampai luar negeri. Foto: iStock

Berbagai strategi pemasaran gencar dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kudus dalam mempromosikan kopi kebanggaan mereka. Saat ini, ada 20 lebih produk kopi Muria yang beredar di masyarakat. Bahkan, lima di antaranya telah siap bersaing di kancah internasional.

Selain terus mengembangkan kualitasnya, para petani kopi terus berinovasi untuk mengembangkan cita rasa kopi yang mereka produksi. Selain itu, kopi asal Kudus ini juga dikenal akan khasiatnya, bahkan beberapa inovasi kopinya terdapat khasiat yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit jantung.

Artikel ini ditulis oleh Marcella Rika Nathasya peserta program magang bersertifikat di detikcom.

Artikel ini sudah tayang di detikjateng dengan judul Kopi Muria, Warisan Zaman Kolonial di Kudus yang Mendunia (adr/adr)


Hide Ads