Bukan Indonesia namanya kalau tidak memiliki ragam kuliner yang menarik dan nikmat untuk dicoba. Salah satunya adalah kuliner ikan asap khas Bulukumba, Makassar, Sulawesi Selatan.
Namun menariknya, bukan hanya ikan asapnya yang khas, daerah yang terletak sekitar 4 jam dari Kota Makassar ini juga memiliki cacapan khas yang unik, dan rasanya wajib sebagai pelengkap agar ikan asap yang disantap semakin lezat dan nikmat.
Beberapa waktu lalu, tim detikcom berkesempatan langsung menikmati cocolan tersebut. Disebut dengan cocolan limau, pelengkap ini hanya membutuhkan bahan-bahan dan dibuat dengan sederhana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini tim detikcom ketahui saat kami mengunjungi salah satu UKM Ikan Asap binaan BRI di Desa BRILian, Desa Tritiro, Kecamatan Bontotiro, Bulukumba.
"Sambal limau disebutnya cacapan, salah satu resep khas Bulukumba. Sederhana, tapi jadi pendamping ikan asap atau ikan bakar," jelas pembuat ikan asap di Desa Tritiro, Sitti Marniati kepada detikcom beberapa waktu lalu.
![]() |
Sitti menjelaskan untuk membuat sambal ini hanya membutuhkan limau, sedikit garam, dan juga beberapa potong cabai. Agar rasa pedasnya juga semakin keluar, cabai bisa diiris kecil-kecil atau digerus tipis-tipis di atas piring atau mangkuk menggunakan sendok.
"Dan (cacapan limau) memang sudah lama (ada). Resep turun temurun dari nenek moyang," imbuh Sitti Marniati.
Karena dibuat dari perasan limau, rasa yang dimiliki oleh cacapan ini tentunya asam, tetapi segar dan berpadu dengan pas oleh pedas dari irisan cabai. Ikan asap yang baru matang, sangat cocok untuk dicocol oleh sambal ini. Apalagi jika ditemani dengan nasi putih yang masih panas. Cacapan ini benar-benar sebagai penggugah selera untuk makan.
Bukan hanya sebagai cocolan, cacapan limau ini juga bisa menghilangkan rasa amis dari ikan asap yang di santap. Sehingga makan ikan asap bisa semakin nikmat karena tidak mengkhawatirkan meninggalkan rasa amis dalam mulut.
Sebagai informasi, ikan asap di Bulukumba juga kerap disebut sebagai Juku Tapa. Berbeda dari beberapa daerah lainnya, ikan asap di daerah ini memang menggunakan jenis ikan tuna dan ikan tongkol yang memiliki daging empuk dan gurih.
Tetapi bagi Sitti Marniati, dirinya mengaku awal mula menggeluti usaha ikan asap hanyalah sebuah keisengan semata yang dilakukan untuk mencari uang memenuhi kebutuhan hidup. Siapa sangka, usaha ini justru bisa berkembang dan diproduksi bersama keluarganya.
"Untuk resep ikan asap tidak ada dari keturunan nenek moyang, tetapi sistemnya otodidak. Coba-coba ikan tongkol dijadikan olahan apa. Jadi pertama kali iseng, eh keterusan," ceritanya.
Diketahui, produksi ikan asap milik Sitti Marniati adalah salah satu kelompok usaha di Desa Tritiro yang menjadi desa binaan BRI, yaitu Desa BRILian. Mulai digeluti sejak tahun 1999, usaha ikan asap miliknya kini sudah mulai berekspansi ke luar Bulukumba, bahkan sudah pernah sampai hingga Amerika.
Kepala Desa Tritiro, Saiful Amar mengatakan salah satu alasan mengapa produktivitas kelompok ikan asap sedang digenjot adalah karena Desa Tritiro sendiri memiliki potensi hasil ikan yang luar biasa.
"Khusus untuk nelayan yang ada di Desa Tritiro ini mampu menghasilkan per bulannya itu sampai 10 ton ikan tuna. 10 ton jadi kemarin, pendaratan kembali nelayan saya tanyakan berapa ton hasil yang didapatkan, satu orang yang saya tanya itu menghasilkan 1 ton, 1,2 ton. Itu baru satu. Sehingga ini sangat menjanjikan untuk memang aktivitas ikan asap yang ada di Desa Tritiro," terangnya.
Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
(akd/ega)