Masakan peranakan lebih mudah diterima dari pada masakan China 'totok'
![]() |
Perkembangan masakan China 'totok' dan peranakan terlihat seiring waktu. Hasilnya, masakan peranakan lebih mudah diterima oleh orang Indonesia karena pasarnya lebih luas.
"Kalau dari faktor ekonomi, kuliner China peranakan semua etnis bisa makan termasuk muslim, lebih oke. Kalau kuliner China totok belum tentu bisa dimakan semua. Jadi lebih menguntungkan dari segi ekonomi sehingga lahirlah asimilasi budaya terkait makanan tersebut," ujar Wira.
Ia mencontohkan kecap yang awalnya berupa kecap asin dari China. "Tapi orang Nusantara pada saat itu telah mengenal gula Jawa sebagai unsur manisnya. Jadi kecapnya dibuat manis karena kalau tetap dibuat asin, faktor ekonominya nggak main, beda budaya kan. Mau nggak mau ada asimilasi budaya," kata Wira.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kue peranakan juga digemari untuk Imlek
![]() |
Tak hanya makanan utama, masakan peranakan juga termasuk ragam kuenya yang menggugah selera. "Nama 'kue' saja sudah istilah peranakan," kaat Wira.
Ia mengambil contoh kue ku, kue peranakan yang populer sebagai suguhan Imlek. "Penulisan nama 'kue' itu sebenarnya 'kwe' diambil dari bahasa Tionghoa. Tapi orang Jawa lafaznya itu kayak 'ku' padahal harusnya 'kwe'. Jadinya ketika menyebut 'kwe kwe', mereka menjadi seperti 'kue ku'," kata Wira.
Kue ku melambangkan berbagai hal baik sehingga kerap dimakan oleh orang China saat imlek. "Warna merahnya kan perlambang kegembiraan. Warna kuning dari kacang ijonya itu mendekati emas, artinya kemakmuran. Bentuknya itu bentuk kura-kura itu artinya panjang umur. Makanya kue ku jadi salah satu yang wajib saat Imlek," tutup Wira.
Simak Video "Kelezatan Aneka Sajian Imlek, Ada Poon Choi hingga Bebek Panggang"
[Gambas:Video 20detik]
(adr/odi)