Di saat banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi karyawan perusahaan BUMN, pasangan di Majalengka, Jawa Barat, M Syahid Basyarudin dan Larida Alfarina memilih untuk keluar dari salah satu perusahaan tersebut. Keduanya memutuskan merintis bisnis bersama-sama dan menjalankan usaha camilan kue soes yang dimulainya sejak tahun 2018.
"Saya memilih untuk mundur karena ingin fokus mengembangkan usaha makanan yang awalnya dirintis oleh istri saya," ujar Basyaruddin kepada detikcom.
Kini setelah jatuh bangun, kedua pasangan tersebut berhasil meraih banyak keuntungan dari produk usaha mereka, yaitu kue soes kering isi cokelat yang diberi nama HILARI. Awalnya, mereka tidak menduga jika kue soes kering cokelat itu bakal diminati banyak konsumen sebagai camilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saking banyaknya minat konsumen terhadap produknya, Basyaruddin dan istrinya terdorong untuk memproduksi hingga 3.000 kemasan per bulan. Ia juga berupaya meningkatkan penjualan kue soes dengan memperbanyak mitra melalui berbagai toko oleh-oleh di daerah Jawa Barat.
"Alhamdulillah, saat ini kami telah memiliki lebih dari 120 mitra toko yang tersebar di 7 Kabupaten/kota, yaitu Jakarta, Tangerang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon. Alhamdulillah kami pun sudah mengirimkan produk ke Belanda dan Qatar, serta masih terus mengembangkan jaringan reseller dan mitra toko," beber Basyaruddin.
Sebelum menjalankan usaha makanan, Basyaruddin merupakan seorang bankir selama 10 tahun di sebuah bank yang bertugas di Kuningan, Jawa Barat. Ia memutuskan untuk resign tahun 2022 dan fokus pada usahanya. Sementara itu, istrinya, Larida Alfarina, merupakan mantan karyawan salah satu bank yang juga memilih resign lebih dulu di tahun 2018.
Perjalanan bisnis keduanya dimulai dari tahun 2018, di mana Larida membuka usaha camilan ayam crispy berbagai macam rasa dengan merek Ridsya Pop Chick. Usahanya tersebut bisa dikatakan cukup sukses dan memiliki 10 cabang hingga tahun 2020.
Keduanya kemudian mencoba peruntungan lain dengan memproduksi minuman susu olahan dengan merek Syarla Stories. Minuman ini juga digemari oleh masyarakat. Namun pencapaian usaha yang dirintis itu harus gulung tikar karena terdampak pandemi COVID-19.
"Efek pandemi memukul semua sektor termasuk usaha kami Ridsya Pop Chick dan minuman susu Syarla Stories harus tutup dikarenakan omzet yang turun drastis. Akhirnya istri saya berpikir untuk mengubah jenis usaha dari sebelumnya yang siap saji menjadi usaha yang menggunakan kemasan," cerita Basyaruddin.
"Kemudian kami melakukan perubahan pemasaran secara digital dengan masif dan alhamdulillah kami bisa melewati pandemi serta terus berkembang," tambahnya.
Selama pandemi, Basyaruddin dan istrinya juga melakukan beberapa strategi pemasaran agar usahanya bisa berkembang. Keduanya memilih untuk melakukan pemasaran digital yang lebih masif melalui media sosial dan marketplace online, aktif mengikuti kompetisi dan lomba wirausaha baik tingkat lokal maupun nasional, dan rajin mengikuti pelatihan untuk menambah wawasan dan memperluas jaringan.
Salah satu pelatihan yang keduanya ikuti adalah Program KraftHeinz Foodservice Institute: Kembangkan Bisnis Kulinermu vol.2. Dengan mengikuti program tersebut, keduanya berharap bisa menambah ilmu dan wawasan terkait usaha maupun bisnis, relasi dan teman bisnis serta jaringan pengusaha muda, dan kepercayaan diri dan menajamkan insting bisnis dalam berusaha.
"Sangat berkembang setelah kami mengikuti program Heinz ini. Mulai dari promosi secara online sehingga meningkatkan branding serta penjualan produk HILARI, juga menambah wawasan dan ilmu tentang usaha serta bisnis," pungkas Basyaruddin.
Untuk diketahui, agar camilan kue soes bisa menjangkau pasar lebih luas, HILARI juga telah mendapatkan izin usaha seperti NIB, NPWP, PT, PIRT, Sertifikat Halal dan Paten Merek.
(prf/ega)