Dangke adalah keju tradisional khas Enrekang, Sulawesi Selatan. Dangke merupakan olahan susu sapi atau kerbau, yang memiliki rasa yang gurih dan legit.
Bentuknya kerucut dan dibungkus dengan daun pisang membuat aromanya gurih harum dan menggugah selera. Dangke awalnya disajikan sebagai pengganti lauk, namun saat ini kerap dijadikan camilan.
Proses pembuatan dangke tak beda jauh dengan pembuatan keju. Susu kerbau atau sapi direbus kemudian diberi getah pepaya sehingga air dan lemak susu terpisah. Kemudian gumpalannya diperas hingga tiris dan dibungkus daun pisang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Bidang Pariwisata Enrekang, Zulkarnaen menjelaskan Dangke merupakan kuliner yang telah berusia ratusan tahun. Pada zaman dulu Dangke hanya disajikan untuk para bangsawan.
Zulkarnaen menjelaskan, zaman dulu sangat jarang yang memiliki kerbau atau pun sapi. Karena itu Dangke menjadi makanan spesial yang hanya disajikan untuk orang-orang berstrata tinggi.
"Dulu kerbau hanya dimiliki orang-orang tertentu. Orang yang punya strata tinggi atau berada begitu. Jadi makanan ini hanya dinikmati oleh orang yang strata tinggi itu," kata Zulkarnaen kepada detikSulsel, Jumat (23/9/2022).
Baca Juga: Indonesia Punya Keju Danke yang Berbahan Getah Pepaya
Namun, penamaan Dangke sendiri diberikan pada tahun 1900-an. Pada masa itu warga Enrekang menyajikan makanan tersebut kepada kolonial Belanda. Setelah itu, orang Belanda tersebut mengucapkan terima kasih kepada warga Enrekang dalam bahasa Belanda yakni 'Danke'.
"Nah, karena orang Enrekang dulu tidak tau artinya itu apa. Makanya mereka menyebut makanan itu sebagai Dangke yang diambil dari bahasa Belanda Danke," jelas Zulkarnaen.
Seiring perkembangannya zaman, makanan Dangke dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan. Menurut Zulkarnaen Dangke juga sudah mendapatkan sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) dari Kemenkumham RI.
"Dangke ini sudah menjadi khas Kabupaten Enrekang, biasanya selalu menjadi oleh-oleh saat seseorang mengunjungi Enrekang, dan Dangke juga sudah memiliki sertifikat KIK dari Kemenkumham," tandasnya.
Dangke saat ini telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Enrekang. Bahkan, makanan khas Bumi Massenrempulu ini juga sudah dijajakan hingga ke luar negeri.
"Biasa dikirim ke luar negara. Seperti Malaysia, Singapura, Perancis dan Amerika. Awalnya teman yang bawa ke sana, ternyata warga di sana juga suka, jadi sering pesan," ungkapnya salah satu pembuat Dangke, Hasni (48) kepada detikSulsel, Jumat (23/9).
Hasni menjelaskan, Dangke digemari karena selain lezat juga kaya akan gizi. Kandungan betakaroten pada dangke juga cukup tinggi, karena berasal dari protein asli yang dihasilkan oleh susu sapi.
Selain itu, Dangke tidak dicampur dengan bahan pengawet. Sayangnya karena tidak memakai bahan pengawet Dangke sangat cepat membusuk, sehingga saat dikirim ke luar negeri harus ditempatkan di kotak pendingin.
"Cepat rusak, jadi memang harus selalu dingin. Seperti proses pembuatannya, Dangke sama sekali tidak menggunakan bahan pengawet," ucapnya.
Baca artikel detiksulsel, "Sejarah Dangke Khas Enrekang yang Dulunya Disajikan untuk Para Bangsawan" selengkapnya
Simak Video "Kenalan Sama Keju Mazaraat, Keju Organik Produk Lokal"
[Gambas:Video 20detik]
(yms/odi)