Beragam jenis sate bisa kamu temui di Lombok. Salah satu yang favorit adalah sate rembiga di depan Pasar Seni, Senggigi yang juga sudah ada sejak tahun 1997.
Sate rembiga merupakan salah satu jenis sate khas Lombok yang cita rasanya pedas menggigit. Terbuat dari irisan daging sapi dengan bumbu pedas manis dan agak gurih. Warna bumbu yang merah merona jadi ciri khasnya.
Tim detikFood bersama rekan redaksi lainnya mengeksplor Mandalika dan kota lainnya di Lombok dalam rangkaian Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika (21/11). Saat berkunjung ke Senggigi, kami mampir ke salah satu penjual sate rembiga terkenal di depan Pasar Seni.
Ada sejumlah tempat makan sate rembiga yang enak dan populer di Lombok. Salah satu yang terkenal adalah Sate Pasar Seni di kawasan Senggigi, Lombok Barat.
Sate Pasar Seni sudah berdiri sejak tahun 1997. Kurang lebih usianya 24 tahun dan masih tetap eksis hingga saat ini.
Baca Juga: 10 Pose Flamboyan Salt Bae Saat Foto Bareng Tokoh Terkenal Dunia
![]() |
Dinamakan Sate Pasar Seni karena berlokasi tepat di depan Senggigi Art Market. Warung ini hanya bermodalkan lapak tenda kaki lima.
Sate Pasar Seni sudah legendaris di kawasan Lombok. Menurut Nurul pemilik warung Sate Pasar Seni, tempat ini sudah berdiri sejak tahun 1997.
"Dulu Ibu yang jualan. Sejak tahun 1997, sekitar 24 tahunan," ungkap Nurul kepada detikFood (21/11).
Baca Juga: Soto Bokoran 1949: Gurih Manis Soto Semarang yang Bertahan Lezatnya 72 Tahun
Sate rembiga di Pasar Seni ini agak berbeda dengan warung lainnya. Karena penyajiannya tak hanya menggunakan lontong atau ketupat, melainkan ada urap sayur, sayur tempe kuah santan, dan sambal yang pedas menyengat. Satu porsinya ditawarkan dengan harga Rp 25.000 berisikan paket sate lengkap.
Sate yang disajikan tak hanya terbuat dari daging sapi, tapi ada juga yang menggunakan daging ayam, ikan, usus sapi, dan hati sapi. Sebelum dibakar, sate dimarinasi dengan bumbu gurih terlebih dahulu hingga rasanya meresap.
![]() |
Rasa sate yang gurih menjadi paduan yang sedap ketika dinikmati bersama lontong dan pelengkap lainnya. Potongan dagingnya tak begitu tebal, sehingga teksturnya agak kering namun tetap empuk.
Untuk pecinta pedas, bisa menambahkan sambal. Nurul sangat merekomendasikannya karena rasa Sate Pasar Seni jadi makin lezat.
Dalam sehari, Sate Pasar Seni bisa menghabiskan hingga 500 tusuk. Bahkan, sebelum adanya pandemi Covid-19 tempat makan sate ini mampu menghabiskan hingga 2.000 tusuk sate per hari. Karena, Pasar Seni memang salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan.
"Sebelum Corona aja 2.000 tusuk daging habis setiap hari. Setelah adanya pandemi, 500an habisnya," ujar Nurul.
Baca Juga: 7 Makanan Indonesia Ini Paling Digemari di Dunia, Ada Favoritmu?
Simak Video "Membakar Sate Rembiga, Harum Aromanya Menggoda, Lombok"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/odi)