Pandemi memaksa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk terus berinovasi dan beradaptasi jika ingin mendapatkan konsumen yang kini lebih banyak beralih ke online. Hal itu turut dialami pemilik Pecel Ndeso Yu Djasmo asal Solo, Vivantri Mayawati (47).
Awalnya, kata Vivantri, usaha pecel ndeso miliknya hanya dijual dari bazar ke bazar sejak tahun 2013. Karena semakin laku dan diminati, ia lalu membuka outlet di Mall Solo Square pada akhir tahun 2015 dan outlet di luar mal pada tahun 2017.
Vivantri menjelaskan pecel ndeso merupakan kuliner pecel khas berasal dari Solo. Pecel ndeso biasanya berisi nasi merah dengan sambal wijen hitam. Adapun range harganya berkisar antara Rp 15 ribu sampai Rp 23 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah sayurnya pun mirip pecel biasa, bedanya biasanya pakai bunga pepaya, terus bunga pisang yang direbus, dipotong-potong buat pengganti sayurnya. Nah itu biasanya dimakan dengan bongkok dan botok, kelapa dikasih teri," ujarnya kepada detikcom belum lama ini.
"Bongkok itu dari kelapa dimasak dengan kacang Solo. Teksturnya kasar-kasar, tapi rasanya manis, mengimbangi sambal wijen yang gurih manis sama bongkoknya yang asin. Sensasinya (pecel ndeso) di situ," imbuhnya.
Usaha pecel ndeso yang jadi menu andalan Pecel Ndeso Yu Djasmo itu laku dari tahun ke tahun hingga pandemi melanda Indonesia, termasuk Kota Solo pada awal tahun 2020. Pandemi yang menyebabkan pembatasan sosial membuat usahanya turun drastis.
"Kalau dibilang per seminggu, kadang karena di mal kan ramenya sabtu-minggu, 100-150 piring, kadang kalau rame lebih dari itu, average itu lah. Tinggal dikali Rp 23 ribu, plus (dari penghasilan) menu yang lain. Pas pandemi, (jadi) zero karena memang malnya ditutup kan," ujarnya.
Pandemi dan pembatasan aktivitas di Solo, kata Vivantri, membuatnya memaksimalkan penjualan secara online, salah satunya dengan memaksimalkan platforms seperti Tokopedia. Ia juga membuat beberapa inovasi dalam produknya, seperti membuat sambal pecel hingga berbagai makanan yang dibekukan.
"Sambal itu malah baru setahun terakhir, karena pandemi mal harus ditutup nggak boleh ada orang masuk, resto di luar mal juga nggak banyak orang makan di tempat, harus take away, kadang-kadang jam 8 malam tutup. (Akhirnya) mereka minta beli sambalnya aja," ujarnya.
"Awalnya ternyata oh laku juga, baru diseriusin setahun ini lah, sambalnya di-packing gegara Corona. Nggak cuma sambel aja sih, makanan lain tak packing, ada yang frozen food, meskipun basic-nya tetap jualan makanan siap saji," imbuhnya.
Baca halaman berikutnya Pecel Ndeso Yu Djasmo juga bergabung dengan Rasa Solo..