Gurih & Renyah, Intip Cara Buat Kerupuk Pati Khas Grobogan

Gurih & Renyah, Intip Cara Buat Kerupuk Pati Khas Grobogan

Jihaan Khoirunnisaa - detikFood
Jumat, 22 Okt 2021 10:12 WIB
Aneka panganan telah berkembang seiring zaman. Namun pesona olahan kerupuk yang dijalani keluarga Susilowati di Grobogan, Jateng belumlah pudar.
Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Kerupuk merupakan camilan khas Indonesia yang selalu jadi teman makan nasi. Teksturnya renyah dan memiliki rasa yang gurih.

Kerupuk dibuat dari beragam bahan, seperti udang dan nasi. Namun, yang menjadi favorit masyarakat di Dusun Kauman, Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan adalah kerupuk pati.

Susilowati, salah seorang warga yang juga menjadi pengusaha kerupuk pati membagikan rahasia untuk membuat kerupuk yang enak. Dia mengatakan bahan utama untuk membuat kerupuk pati khas Grobogan adalah tepung terigu dan kanji dengan perbandingan 1:1.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya sekali buat itu 1 ember, 50 kg. Kanji misalnya 25 kg, berarti terigunya 25 kg. Tapi kalo mahal bisa dikurangin dikit tepung kanjinya," ujarnya kepada tim detikcom.

Selanjutnya, adonan tepung dicampur dengan bumbu. Susilo menyebut, bumbu yang digunakan cukup mudah didapat. Di antaranya bawang, ketumbar 1 ons, dan penyedap rasa secukupnya. Jangan lupa ditambahkan air kira-kira sebanyak 1 galon. Takaran bumbu tersebut nantinya bisa disesuaikan dengan banyaknya adonan tepung.

ADVERTISEMENT

"Terus direbus, kalau sudah dingin dimasukkan freezer. Kalau gitu baru bisa dipotong di mesin. Nanti dibakar, terus kalau sudah matang ditaruh di loyang. Nanti baru ditimbang buat dimasukkan ke plastik," katanya.

Adapun untuk proses penjemuran biasanya dilakukan selama kurang lebih 5 jam. Namun, yang menjadi kendala yaitu saat datang musim penghujan. Menurut Susilowati saat hujan kerupuk akan lama mengering. Selain itu, hasil adonan kerupuk juga mudah rusak apabila digoreng.

"Dijemurnya dari jam 7 sampai jam 12. Tapi nggak mesti tergantu panas. Kalau panas, jam 12 harus diangkat, kalau nggak kekeringan terus mudah hancur," tuturnya.

Aneka panganan telah berkembang seiring zaman. Namun pesona olahan kerupuk yang dijalani keluarga Susilowati di Grobogan, Jateng belumlah pudar.Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Setelah itu, kerupuk dipacking ke dalam plastik. Dia mengatakan terdapat 2 jenis ukuran plastik, yaitu 1 kg dan 5 kg. Biasanya plastik kerupuk 5 kg dijual oleh Susilowati ke pasar-pasar di sekitar rumahnya, seperti ke Pasar Selo, Tarub, dan Purwodadi dengan harga Rp 55 ribu. Sementara harga yang dipatok untuk 1 plastik kerupuk dengan berat 1 kg adalah Rp 12 ribu.

Diungkapkannya, resep membuat kerupuk pati didapatkan turun temurun. Resep tersebut merupakan hasil warisan dari nenek yang diturunkan kepada 3 generasi.

"Awalnya punya ibu. Karena ibu sudah sepuh jadi saya yang nerusin. Sekitar tahun 1975. Udah lama banget, puluhan tahun. Dari saya belum lahir," terangnya.

Dia mengatakan untuk mengolah 50 kg adonan tepung dibutuhkan modal sekitar Rp 620 ribu. Dari modal tersebut, dia bisa memproduksi 75 kg hingga 1 kwintal kerupuk pati dan mendapatkan omzet jutaan per harinya.

"Kalau ngecer (dijualnya) per plastik 1 kg. Kalau ke pasar dijual 1 bungkus 5 kg. Sehari kalau di pasar (bisa jual) 1 kwintal. Bisa dapat Sekitar 1 jutaan per hari," tuturnya.

Susilowati menjelaskan proses pembuatan kerupuk pati cukup mudah. Hanya saja jika diolah dalam jumlah yang banyak dan dikerjakan secara manual maka cukup menguras tenaga dan waktu. Karena hal tersebut lah, dia memutuskan untuk meminjam modal usaha ke Bank BRI untuk membeli mesin pemotong dan freezer.

"Modal awal Rp 5 juta, sekarang tahap 3 pakai KUR ambil Rp 30 juta. Langsung ke BRI, dari awal BRI. 5 tahun lalu. Pas awal ambil alih usaha ibu buat beli pati, kanji. Pertamanya kan motong manual, terus pinjam lagi buat beli mesin sama freezer. Sebelum ada mesin paling buat 50 kg," katanya.

"Semoga bisa lebih berkembang lagi usahanya ke depan. Dengan adanya KUR bisa meringankan nasabah," tandasnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Sinergi Ultra Mikro di Bandar Lampung dan Semarang untuk memantau upaya peningkatan inklusi finansial masyarakat melalui sinergi BRI, Pegadaian, dan PNM dalam Holding Ultra Mikro. Holding Ultra Mikro berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk peningkatan UMKM di Tanah Air. Untuk informasi lebih lengkap, ikuti beritanya di https://sinergiultramikro.detik.com/.

(akd/ega)

Hide Ads