Kisah Menarik Founder Pempek CRP Asal Palembang, Suhendro Wang

Kisah Menarik Founder Pempek CRP Asal Palembang, Suhendro Wang

Sponsored - detikFood
Senin, 11 Okt 2021 21:25 WIB
tagsite
Foto: Dok. Founder Pempek CRP
Jakarta -

Pempek merupakan makanan khas Kota Palembang. Bahkan, sudah hampir 400 tahun lebih makanan ini tetap eksis dan bertambah banyak penggemarnya setiap hari.

Berdasarkan cerita rakyat sekitar tahun 1617, seorangapek (panggilan tetua etnis Tionghoa)berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan tepianSungai Musi prihatin menyaksikan tangkapan ikan berlimpah di Sungai Musi belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik. Adapun tangkapan tersebut hanya sebatas digoreng dan dipindang.

Kemudian, ia mencoba alternatif pengolahan lain, yakni mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Karena penjualnya dipanggil dengan sebutan 'pek apek', maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada kisah menarik dari salah satu merek pempek Palembang yang populer dan terkenal, yaitu Pempek CRP. Pada awalnya, Founder Pempek CRP, Suhendro Wang telah 10 tahun lebih menjadi importir dengan membeli barang dari pabrik China untuk didistribusikan lagi ke kota-kota besar di Indonesia.

Sampai suatu titik, Suhendro ingin naik kelas karena bagi dia, sudah cukup lama ia menjadi importir dan saatnya mencoba menjadi produsen kecil-kecilan. "Terserah mau produksi apa saja, yang penting produksi deh," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (11/10/2021).

ADVERTISEMENT

Suhendro pun berpikir sedemikian keras dan akhirnya menemukan produk pempek lah yang akan diproduksi. Sebagai orang Palembang, ia berpikiran harus mempunyai satu bisnis yang berkaitan erat dan berhubungan dengan kota kelahirannya. Saat ini, Suhendro merasa sangat bangga karena mempunyai satu bisnis yang mencerminkan tempat asal dirinya.

Suhendro juga mempunyai impian besar kelak suatu hari nanti setiap hotel di Indonesia mempunyai menu pempek pada saat breakfast, brunch, dan coffee break. Suhendro pun tidak asal-asalan saat membangun dan memproduksi Pempek CRP karena selalu berprinsip untuk tidak melakukan suatu hal dengan setengah hati.

Diketahui, Pempek CRP sudah mempunyai sertifikat SNI, BPOM, Halal, GMP, dan ISO 22000, dan sedang mengurus HACCP untuk keperluan ekspor ke mancanegara. Suhendro mempunyai pemikiran bahwa makanan pempek berkaitan dengan budaya Palembang. Menurutnya, sesuatu yang berbau budaya pasti akan dikenang sepanjang masa.

"Seperti kalau kita ke negara Jepang, ada istilah jika kalau belum makan sushi atau ramen, berarti kita belum pernah menginjak Jepang. Sama seperti pempek, jika ke Kota Palembang belum makan pempek berarti belum menginjak Palembang," ungkapnya.

Menurut Suhendro, terdapat tiga level bisnis di bidang makanan. Pertama, level hit and run. Di level ini, makanan akan begitu booming pada suatu waktu, tetapi setelah lewat 1-2 tahun, makanan ini akan menghilang dan lenyap begitu saja.

"Kedua, level yang berkaitan dengan habit kesehatan. Misalnya jika saya ke mal, saya akan lebih memilih yogurt frozen dibandingkan es krim merk A. Karena memakan yogurt frozen terasa lebih enteng rasanya di tenggorokan dan pencernaan pun lebih lancar setelah konsumsi itu," katanya.

Ketiga, level tertinggi dalam bisnis makanan, yaitu berkaitan dengan budaya (culture). Di titik ini, bisnis akan bertahan everlasting alias selamanya karena makanan sudah menyatu dan melekat dengan budaya tertentu.

Pemilik akun Instagram @suhendrowang ini pun berkata pempek sudah diuji oleh waktu. Sudah 400 tahun lebih menjadi santapan banyak orang dan saat ini orang masih memakannya, juga konon katanya pada zaman dahulu bahwa pempek itu adalah makanan raja.

"Sebagai penutup, ada satu peribahasa Tiongkok kuno. Jika ingin tahu kekuatan kuda, kita ukur dengan jarak. Jika ingin tahu hati manusia, kita ukur dengan waktu. Pempek sudah diukur oleh waktu dan waktu sudah membuktikan bahwa pempek masih ada sampai detik ini, dan akan ada sampai 400 tahun ke depan," kata Suhendro.

(Tagsite/Feri Tekno)

Hide Ads