Penjual jamu yang satu ini berasal dari generasi milenial. Usaha penjualan jamu yang dirintisnya mengalami peningkatan tajam saat pandemi ini, terutama untuk produk jamu anti corona.
Jamu yang diproduksi diberi merek Jamu Deka Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Adapun Deka ini singkatan dari namanya, Dwi Kuntari (28).
Dia memanfaatkan media sosial, Instagram untuk mempromosikan produknya lewat akun @jamu_deka. Ketertarikannya memproduksi jamu berawal dari pengalaman pribadinya. Dwi mengaku kalau sakit tidak mau minum obat, tetapi memanfaatkan empon-empon yang ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awal mulanya dari kecil memang dari keluarga jual empon-empon, tapi bukan jamu yang diminum. Dari situ kalau disuruh minum obat nggak mau, jadi kalau sakit nyari yang di dapur ada kayak kencur, jahe (diobati), terus tidur, dah sembuh," ujarnya saat ditemui detikcom di sela-sela memproduksi jamu di rumahnya Jalan Kyai Agung Santri, Jetis, Pucungrejo, Muntilan, Jumat (24/9/2021).
Usaha jamu tersebut dirintis mulai tahun 2016. Jamu yang diproduksi ada dua varian yakni seduh rempah dan varian siap minum.
![]() |
Untuk seduh rempah antara lain daun kelor, daun jati cino, rosela merah, rosela ungu, sereh kering, kayu manis, pandan kering, bunga telang hingga teh hijau.
Kemudian untuk varian siap minum ini ada 14 jenis antara lain gulas, kunyit asem, Aserehe (asem, lemon, sereh, jahe), JAC (jamu anti corona), Asi Booster (ibu menyusui), Belovera (beras kencur aloevera), hingga paket jamu program hamil.
"Sejak tahun 2016 pengin punya usaha terus ada ide bikin jamu. Ya sudah terus jualan jamu, kebetulan juga teman yang suka jualan, jadi nyambung," ujar Dwi.
Dwi menuturkan ada temannya yang membuka toko di kawasan Pakelan dan mempersilakan dirinya menitipkan jamu. Kebetulan toko ini dikunjungi warga kalangan menengah ke atas, baik dari kota maupun kabupaten Magelang.
"Alhamdulillah mereka pada suka bikinan jamu saya, jadi setiap 5 hari sampai satu minggu nyetok disana sampai sekarang," tuturnya.
![]() |
Jamu siap minum tersebut dikemas dalam botol ukuran 350 mililiter dengan harga Rp9.000. Selain itu, kemasan 1 liter harga Rp25.000. Kemudian saat pandemi ini, penjualan jamu produksinya justru mengalami peningkatan.
"Alhamdulillah mengalami peningkatan (pandemi). Waktu awal-awal pandemi itu sampai 3 kali lipat. Sebelumnya sekitar 300 botol, pandemi sampai 1.200 botol per bulan," tuturnya.
Saat pandemi, Dwi membuat JAC (jamu anti corona) yang bahan bakunya 7 jenis empon-empon. JAC ini seiring peningkatan kasus Covid-19 sekitar bulan Juni dan Juli 2021, penjualannya paling laris.
![]() |
"Ramuan JAC ada 7 macam empon-empon karena kalau orang Jawa, pitu kan pitulungan. Jadi saya menggunakan 7 bahan empon-empon ada kunir, temulawak, serai, jahe, kayu manis, cabai dan kapulaga. Terus pemanis pakai gula Jawa yang asli," kata Dwi.
Dwi juga memberikan diskon bagi warga terpapar virus Corona membeli jamunya. Diskon tersebut diberikan sampai sekarang.
"Selama pandemi kami juga memberikan promosi atau membantu pembeli jamu yang terkena positif Corona dikasih diskon 30 persen," tuturnya.
"Awal pandemi kami bantu ke tenaga kesehatan. Waktu itu, memang semuanya susah, saya punyanya cuman jamu, saya barengan sama teman ada ngasih botol, terus ada yang ngasih gula pasir, saya yang jamunya. Itu jadi 150 botol, kami kasihkan ke RSUD Muntilan, RSUD Tidar dan RST. Jamu anti corona itu kemasan 250 mililiter," kenangnya.
Perempuan kelahiran 7 Oktober 1992 yang alumni Poltekkes Semarang itu juga membuat jamu Asi Booster. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan dasar pengetahuannya sebagai bidan.
![]() |
"Saya basic bidan terus pengin membuat sesuatu yang (selaras) dengan pendidikan saya. Saya membuat inovasi Asi booster buat melancarkan asi karena di tempat kerja saya banyak sekali terutama ibu-ibu yang melahirkan pertama kali mesti ada masalah dengan pemberian asi kepada bayinya. Itu yang membuat saya pengin memberikan inovasi, soalnya kalau beli yang sudah kapsul itu lebih mahal, saya pengin bikin jamu yang biasanya uyub-uyub kan pahit, bikin jamu yang enak," katanya.
Dwi mengakui saat terjadi peningkatan kasus Corona, penjualan jamunya mengalami peningkatan tajam. Bahkan ada juga yang memesan jamu untuk suvenir mantenan karena pelaksanaan dengan prokes.
"Jadi sejak Corona itu stabil di angka 700, 900 sebulan sampai sekarang. Terus banyak juga yang pesen karena pandemi, saya diuntungkan buat suvenir nikahan," tuturnya.
Dwi menambahkan, setiap hari Jumat pembeli yang memesan jamunya mendapatkan diskon atau promosi. Potongan harga itu diberikan baik harga jualnya maupun ongkos kirim gratis atau diberi tambahan produk jamu lainnya.
"Kalau yang beli pas hari Jumat pasti nanti (dapat promosi), entah potongan harga atau gratis ongkir atau tambahan jamu yang lain. Saya pengin saja, ini sudah berlangsung 4 bulan," pungkasnya.
(adr/adr)