Terdapat 9 poin tren bisnis makanan yang diprediksi akan terjadi di tahun 2022 atau tahun depan. Tren ini berkaca dari apa yang terjadi saat ini, yaitu pandemi COVID-19 hingga berbagai tantangan yang akan dihadapi ke depannya.
Hal itu diungkapkan Co-Founder Ultra, Bonnie Susilo dalam pelatihan eksklusif hari pertama bagi 10 pelaku bisnis atau UMKM makanan dan minuman terpilih yang digelar KraftHeinz Food Service Institute dengan detikcom. Bonnie mengatakan tren pertama yang akan dihadapi ialah perubahan bisnis model.
"Bisnis model perlu dirubah, seperti food service pempek yang biasanya bukanya di warungan, karena pandemi, dijual frozen melalui jaringan. Model business-nya udah change, atau yang kita namakan dari food service jadi ready to eat misalnya," ujarnya dalam pelatihan secara online, Senin (20/9/2021).
"Tidak sepenuhnya berubah, itu mungkin jadi penambahan produk baru. Dirasa dine ini konsumennya masih ada, yah jangan ditinggalkan, tapi ada new business model. Ini salah satu changes yang harus dilakukan," imbuhnya.
Tren kedua adalah meningkatnya masak dari rumah, terutama pada segmen ibu rumah tangga. Menurutnya, UMKM makanan dan minuman harus bisa membuat produk yang aman, enak, sehat, dan mudah disajikan oleh ibu rumah tangga yang semakin ke sini gegara pandemi semakin senang masak-masak.
Ketiga, ialah konsumen yang semakin menggemari masakan natural dan alami. Keempat, produk makanan dan minuman artisan akan semakin diminati.
"Artisan instead of mass production. Ini juga penting, kita bisa melihat artisan cheese, artisan coklat, artisan tea, yang di mana rata-rata harga jual itu mungkin lebih tinggi dari coklat atau teh atau keju yang diproduksi secara mass product," ujarnya.
"Nggak apa-apa dibikin artisan, karena selisih marginnya bisa lebih tinggi. Mungkin target pasarnya nggak besar, tapi marginnya tinggi sekali. Its okay to pursue," imbuhnya.
Kelima adalah memahami segmen pasar yang dituju. Bonnie menjelaskan ada empat segmen persona yang harus dipahami UMKM, yaitu mereka yang berada di usia sekolah dan kuliah, pekerja profesional, menuju masa phk, dan lansia. Setiap segmen memiliki karakter dan minat masing-masing dalam pola konsumsinya.
"Contoh Siti yang anak muda punya kemampuan belanja nggak seberapa besar, tapi keinginannya belanja di online lebih besar dari generasi yang lain. Nominalnya mungkin nggak banyak, tapi frekuensinya terus menerus, mungkin gemar cari potongan harga, itu perlu dipahami saat mengeluarkan produk, know how to communicate, how to deliver the message, memahami persona tadi," jelasnya.
Tren keenam adalah membangun strategi. Menurutnya, produk yang sama bisa dijual dengan target konsumen yang berbeda, tetapi dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya, UMKM bisa membuat kemasan yang lebih kecil untuk menyasar pasar anak muda, dan kemasan yang lebih besar untuk orang-orang yang lebih senior.
"Selanjutnya kolaborasi itu penting banget, bergandengan tangan membangun jejaring. Kolaborasi tidak selalu dalam produk, kalau pun bisa bagus," ujarnya.
Kedelapan adalah sustainable food source. Menurut Bonnie, UMKM dengan plant base sudah mulai muncul di Indonesia dan melai banyak produksi. Sementara tren terakhir ialah dengan selalu berinovasi.
"Tahun depan tetap harus melakukan inovasi, terutama persona (pasar) seperti Siti, beda dengan generasi di atasnya belum banyak saingan. Nama brand lebih banyak diingat dibanding sama dengan Siti. Jadi generasi muda itu tidak terlalu brand minded, bisa saja switch dari brand satu ke brand lain," ujarnya.
"Jadi kalau udah nggak relevan, pinternya pengusaha itu membuat value baru supaya user nggak lari-lari. Inovasi juga nggak boleh dilakukan secara brutal, terlalu jauh. Kalau konsumen ngerasa nggak relevan dengan pengalaman sebelumnya, terlalu asing sehingga tidak memberikan dampak yang terlalu tinggi," sambungnya.
Sementara itu, Head of Food Service KraftHeinz Indonesia, Joanna Sudharta dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada 10 UMKM kuliner yang terpilih mengikuti pelatihan eksklusif tersebut.
"Di KraftHeinz Food Service, kami mempunyai misi untuk selalu menjadi partner para chef dan pelaku usaha makanan dan minuman. Sehingga kita bisa maju bersama, karena kami juga adalah produsen produk-produk makanan dan minuman," ujarnya.
"Nah karenanya KraftHeinz Food Service itu juga menawarkan kolaborasi kepada para pelaku usaha makanan dan minuman dalam bentuk yang beragam, mulai dari kolaborasi menu sampai menyediakan wadah untuk berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah webinar yang telah kita lakukan 2 bulan lalu," imbuhnya.
Sebagai informasi, guna mendorong perkembangan usaha kuliner Tanah Air, KraftHeinz Food Service melalui KraftHeinz Food Service Institute menggelar program pelatihan bagi para pelaku usaha agar bisa naik kelas. Tidak sendirian, KraftHeinz Food Service Institute turut mengajak Ultra Indonesia dalam menghadirkan program exclusive class ini.
Adapun program pelatihan eksklusif tersebut ditujukan bagi 10 pelaku bisnis terpilih, yang sebelumnya telah mengikuti rangkaian dari Webinar "Kembangkan Bisnis Kulinermu" hasil kolaborasi dengan detikcom. Selain pelatihan, UMKM yang beruntung juga berkesempatan untuk mendapatkan hadiah berupa promosi melalui artikel di detikcom, alat masak profesional dan tambahan modal usaha puluhan juta rupiah.
(ncm/ega)